Dirut BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto di Jakarta, Senin, mengatakan perusahaan atau pemberi kerja aktif pada periode yang sama tumbuh 9 persen dari tahun 2018 mencapai 589.933 pemberi kerja. Iuran yang diterima sampai dengan April 2019 sebanyak Rp21,9 triliun atau tumbuh 11 persen.
"Dengan total pekerja terdaftar mencapai 51 juta, Indonesia boleh berbangga, cakupan jaminan sosial ketenagakerjaan telah mencapai 56 persen dari total pekerja yang memenuhi syarat (eligible) sejumlah 93 juta, tidak termasuk ASN, TNI POLRI dan pekerja diluar usia tanggungan," kata Agus.
Agus menambahkan, cakupan peserta jaminan sosial di Indonesia lebih unggul dibandingkan Filipina (47 persen), Vietnam (38 persen) dan India (19 persen). Secara global, cakupan masyarakat yang telah memiliki minimal satu perlindungan jaminan sosial di seluruh dunia hanya mencapai 45 persen.
Sementara dalam Peta Jalan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang disusun oleh Bappenas, telah ditetapkan sampai dengan tahun 2021, target cakupan kepesertaan untuk pekerja Penerima Upah (PU) sebanyak 80 persen, Bukan Penerima Upah (BPU) sebanyak 15 persen, Jasa Konstruksi 100 persen, dengan jumlah peserta aktif mencapai 51,71 persen.
"Tantangan utama dalam mencapai target cakupan kepesertaan berada pada segmen BPU yang merupakan mayoritas pekerja di Indonesia. Untuk dapat menjangkau mereka, kami mengembangkan inisiatif PERISAI (Penggerak Jaminan Sosial Indonesia) yang merupakan program keagenan dengan pemberdayaan masyarakat komunitas sebagai perpanjangan tangan kami," ujar Agus.
Dengan adanya program Perisai ini, kata dia, cakupan wilayah yang bisa dijangkau menjadi lebih luas, karena para Perisai yang tersebar di berbagai penjuru wilayah Indonesia. Hingga April 2019, jumlah Perisai tercatat sebanyak 4.760 orang dan mengakuisisi 717 ribu pekerja, tambahnya.
Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019