Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menargetkan dapat menandatangani empat kontrak penawaran langsung blok gas metana batu bara (coal bed methane/CBM) pada 2008. Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso di Jakarta, Jumat, mengatakan keempat blok tersebut merupakan blok yang paling siap dari 50 proposal pengembangan CBM yang masuk ke pemerintah. "Keempat blok itu terdiri dari satu blok sedang melakukan studi bersama dan tiga lainnya sedang evaluasi bersama," katanya. Menurut dia, sebanyak 50 proposal yang masuk tersebut terdiri dari 10 proposal di wilayah terbuka, sembilan di blok migas, 30 di wilayah tambang, dan satu lainnya berada di tumpang tindih blok migas dan tambang. Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ditjen Migas Departemen ESDM R Priyono menambahkan, satu blok CBM yang sedang studi bersama tersebut berada di wilayah kerja migas yang dikelola PT Medco E&P Indonesia yakni Blok South Sumatera Extension (SSE) di Sumsel. Studi bersama blok CBM itu dilakukan Medco bersama PT Ephindo. "Blok ini ditargetkan ditandatangani kontraknya pada Januari ini," katanya. Bagi hasil blok CBM ini adalah 55 bagian pemerintah dan 45 investor. Sedangkan dari tiga blok CBM lainnya yang sedang dilakukan evaluasi bersama, dua di antaranya berada di blok migas yang dikelola PT Pertamina (Persero) di Sumatera dan Kalimantan dan satu lainnya berada di wilayah tambang PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (BA). Evaluasi bersama di wilayah kerja Pertamina dilakukan Pertamina-PT Shell Indonesia dan Pertamina dengan perusahaan tambang batu bara, dan satu lainnya di wilayah PT BA dilakukan Pertamina-PT BA. "Tiga blok sisanya ini ditargetkan ditandatangani kontraknya pada pertengahan tahun ini," kata Priyono. Luluk juga mengatakan, kendala pengembangan CBM antara lain tumpang tindih wilayah kerja migas dan pertambangan. Solusi yang bisa dilakukan adalah membentuk konsorsium. Kendala lain, lanjutnya, beberapa wilayah CBM belum memiliki data evaluasi, sehingga penyelesaiannya dengan melakukan korelasi data wilayah terdekat atau data negara lain.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008