Sesuai data sepanjang 15 tahun, puncak musim penghujan yang mengakibatkan bencana banjir di wilayah Sultra khususnya Kota Kendari, terjadi pada bulan Mei dan Juni.
Kendari (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), berdasarkan data historis selama 15 tahun terakhir, wilayah Sultra terutama pada bulan Mei hingga Juni intensitas curah hujan cukup tinggi sehingga sangat rawan terjadi banjir.
"Berdasarkan data historis selama 15 tahun, potensi bencana banjir di kota Kendari dapat terjadi setiap bulan Februari hingga Juli,” ungkap Kepala Seksi observasi dan Informasi BMKG Stasiun Maritim Kendari Adi Istiyono di Kendari, Senin (27/5).
Tidak salah bila masyarakat Kota Kendari, saat ini masih trauma dengan bencana banjir besar yang terjadi 17 Juli 2013 silam. Saat itu ada 10 wilayah kecamatan lumpuh total, akibatnya lebih dari 2.500 warga terpaksa mengungsi, satu diantaranya meninggal dunia, serta ribuan rumah terendam banjir.
Menurut Adi Istiyono, dengan kondisi geografis Kota Kendari, sangat rawan terjadi banjir karena letaknya berada di tepi teluk dan diapit wilayah pegunungan.
Kondisi ini disebabkan adanya masa udara basah yang memasuki wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya Kendari, sehingga potensi pembentukan awan-awan konfektif atau awan bergerak cukup tinggi.
"Dimana pada saat perubahan arah angin dari barat ke timur, kondisi cuaca mulai berubah ke fluktuatif, dari curah hujan menurun menjadi bertambah, ditandai dengan banyaknya hari hujan,” kata Adi Istiyono.
Sesuai data sepanjang 15 tahun, puncak musim penghujan yang mengakibatkan bencana banjir di wilayah Sultra khususnya Kota Kendari, terjadi pada bulan Mei dan Juni.
Disisi lain BMKG Kendari juga mengeluarkan peringatan dini terkait gelombang tinggi yang berlaku sejak 26-29 Mei, tinggi gelombang 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di perairan laut Baubau, Kepulauan Wakatobi, Menuui-Kendari, laut Banda timur Sultra, teluk tolo dan perairan kepulauan Banggai.
Potensi terjadinya bencana banjir di Kota Kendari, diakui warga yang setiap tahun ikut merasakan dampak musibah tersebut.
"Hampir setiap tahun wilayah kami menjadi langganan banjir, dengan ketinggian 50 centimeter hingga satu meter,” tutur Ny Muksin, warga Lepo-Lepo Kota Kendari.
Ia mengatakan, bencana banjir yang merendam pemukiman warga, disebabkan kecilnya saluran air sehingga sulit menampung debit air yang begitu besar dari arah barat dan selatan yang membuang ke wilayah timur dan utara.
"Tumpukan sampah di dalam saluran air, juga menjadi faktor penyebab tersumbatnya aliran air yang datang dari arah pegunungan, sehingga begitu hujan lebih dari satu jam sudah dipastikan akan banjir,” ujarnya.
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019