Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Jumat pagi melemah, karena pelaku pasar terus memburu dolar AS menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 100 dolar AS per barel. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.420/9.425 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.410/9.413 per dolar AS atau melemah 10 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengatakan kekhawatiran atas kenaikan harga minyak mentah dunia masih sangat tinggi, sehingga mendorong pelaku pasar berspekulasi membeli dolar AS. Meski spekulasi beli dolar AS masih belum ramai, pasar cenderung menekan mata uang lokal itu, katanya. Rupiah, menurut dia, pada awal tahun ini kemungkinan agak berat untuk bisa menguat sehingga kembali berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS, kecuali bila bank sentral AS (The Fed) jadi menurunkan suku bunganya pada bulan ini. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga Fedfund paling sedikit 25 basis poin untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang makin terpuruk, akibat kasus gagal bayar kredit sektor perumahan, katanya. Ia mengatakan, penurunan rupiah sebesar 10 poin, karena sebagian besar pelaku utama masih belum masuk ke pasar hanya sebagian kecil pelaku pasar yang berspekulasi membeli dolar AS. Apabila semua pelaku pasar aktif, kemungkinan rupiah akan terpuruk lebih dalam lagi. Bahkan, lanjut Kostaman, Bank Indonesia (BI) masih belum melakukan aksi untuk menahan gejolak rupiah, karena tekanan terhadap rupiah saat ini agak mengendor dibanding sebelumnya. BI akan masuk pasar apabila waktunya sudah tepat dengan melepas cadangan dolar AS sehingga dapat memberikan dukungan terhadap rupiah, katanya. Sementara itu dolar terhadap yen agak menguat setelah terpuruk akibat keluarnya data ekonomi AS yang melemah. Dolar AS terhadap yen naik mennjadi 109,55 setelah melemah hingga di level 108,25. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008