Banjarmasin (ANTARA) - Kementerian Pertanian optimistis program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kalimantan Selatan berjalan sesuai harapan dan akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Barito Kuala khususnya dan di beberapa kabupaten lainnya di Kalsel.

Memastikan program Serasi berjalan sesuai harapan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Sabtu melakukan kunjungan kerja ke beberapa lokasi pertanian di Kalimantan Selatan.

Mentan bersama tim, meninjau dua lokasi lahan rawa di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalsel yang termasuk dalam program Serasi.

Lokasi pertama yang dikunjungi Amran adalah lahan rawa yang ada di Desa Tumih, Kecamatan Wanaraya.

Di daerah tersebut, ia meninjau areal pembuatan tanggul dengan brigade alat excavator.

Kepada operator excavator Mentan berpesan agar ia bekerja keras dan memanfaatkan alat berat dengan maksimal.

Menurut Mentan, Kabupaten Batola adalah salah satu daerah yang terbesar mendapatkan dana program ini, yakni Rp200 miliar lebih. Saat ini, alokasi program Serasi di Batola seluas 56.042 hektare.

"Kita ingin menggerakan pertanian secara modern sesuai yang diharapkan Bapak Presiden. Karena kita ini bekerja bukan untuk ketersediaan pangan di Kalsel saja, tetapi untuk Indonesia," kata Amran dihadapan Komandan Korem (Danrem) 101/Antasari, Kolonel Inf M Syech Ismed SE MHan, yang membantu pengamanan mekanisasi pertanian di Batola.

Lokasi berikutnya yang dikunjungi adalah Desa Kokida, Kecamatan Barambai. Di sini Mentan berbincang dengan petani di Posko Serasi Gapoktan Kokida, yang merupakan satu contoh keberhasilan program Serasi.

Amran memperhatikan dari dekat air mengalir di saluran irigasi yang sudah berfungsi dengan baik dan bila berjalan dengan baik, maka petani bisa untung dua kali lipat.

Hal itu, tambah dia, sesuai dengan mimpi besar yang dicita-citakan pemerintah menyejahterakan petani salah satunya melalui program Serasi.

"Untuk membuat ini semua, anda dipungut biaya ndak?," tanya Amran pada petani.

"Tidak, malah kita dikasih uang untuk operasional pembuatan saluran irigasi," jawab Surono seorang petani.

Surono mengaku, dengan irigasi yang baik ia optimistis pendapatannya akan meningkat seiring produksi padi yang juga akan terus meningkat.

"Sekarang kita punya varietas baru namanya Inpara 2, yang sudah terbukti produktivitasnya di lahan rawa. Maksimal bisa 6 ton per ha. Bisa nggak?," tantang Amran.

“Diupayakan, Pak Menteri,” jawab Surono pasti.

"Itu baru sekali, kalau bisa tanam 3 kali setahun, berapa kali lipat pendapatan petani meningkat? Terlebih nanti di sini akan mekanisasi semua. Kita transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian mekanik,” jelas Amran.

Di lokasi yang sama Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan di Kalsel potensi lahan rawa ada sekitar 257.300 ha.

Dari jumlah tersebut yang sudah ada CP/CL (Calon Petani/Calon Lahan) seluas 160.481 ha.

Dari total lahan tersebut, yang sudah disurvei seluas 43.188 hektar dan sudah didesain seluas 38.121 hektar.

Sementara yang dalam proses pekerjaan fisik kontruksi seluas 2.143 hektar.

Dengan program ini, Sarwo Edhy menargetkan lahan yang belum pernah tanam bisa tanam sekali, yang sudah tanam sekali bisa dua kali, yang sudah tanam dua kali bisa dijadikan tiga kali.

Melalui program terjhadi, diharapkan akan terjadi optimalisasi dan bisa menambah produksi untuk petani.

"Saat ini petani di Barambai, sudah tanam dua kali. Namun tanam pertama dengan menggunakan varietas lokal, produktivitasnya rendah yaitu 1,5-2 ton/ha. Sementara tanam kedua dengan varietas unggul, produktivitas naiknya 3-4 ton/ha," jelas Sarwo Edhy.

Rendahnya produktivitas pada tanam pertama juga disebabkan suplai air ke sawah sangat kurang.

"Dengan program Serasi, diharapkan masalah air dapat diatasi, begitu juga bibit," katanya.


Baca juga: Mentan imbau petani jagung terapkan teknologi tanam zigzag

Baca juga: Pengamat nilai Budi Waseso berpeluang jadi Mentan

Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019