Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, ditutup turun 0,52 persen atau turun 14,319 poin menjadi 2.731,507 dan indeks LQ45, kelompok 45 saham unggulan, melemah 3,267 poin atau 0,54 persen ke posisi 596,554. Head Research dari PT Recapital Securities Poltak Hotradero, kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu, mengatakan perdagangan di awal perdagangan saham di awal tahun memang masih miskin insentif yang mendorong pasar. "Di awal tahun pasar masih miskin insentif, seperti belum ada laporannya emiten," katanya. Menurut Poltak, sehingga perdagangan bursa saham cenderung mengikuti pergerakan bursa regional yang mengalami penurunan. Bursa regional yang pada Rabu ini kebanyakan mengalami penurunan, terutama Hongkong dengan indeks Hang Seng ditutup pada 27.560,51 atau turun 252,13 poin (0,91 persen), bursa Singapura melemah 21,08 poin (0,61 persen) ke posisi 3.461,22 telah menggiring indeks BEI mengikutinya. Poltak juga menambahkan, pengumuman hasil inflasi yang tinggi di akhir tahun belum berpengaruh terhadap indeks. Inflasi Desember sebesar 1,10 persen memang sudah diprediksi, bahwa tren akhir tahun yang cenderung tinggi, jelas Poltak. Pada Rabu ini Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi Desember sebesar 1,10 persen dan untuk inflasi year to year (YoY) sebesar 6,59 persen. "Memang ada sedikit pengaruh, namun itu sudah diprediksi pasar bahwa akhir tahun cenderung tinggi," tambahnya. Kondisi ini telah membuat pergerakan saham didominasi yang turun sebanyak 110 dibanding yang naik 60, sedangkan 50 stagnan dan 217 efek tidak aktif diperdagangkan. Penurunan indeks dipimpin anjloknya saham Telkom senilai Rp150 menjadi Rp10.000 dan diikuti oleh Aneka Tambang tertekan Rp50 ke Rp4.425, Perusahaan Gas Negara melemah Rp250 ke level Rp15.100, serta Astra Internasional terjun Rp750 ke harga Rp26.600. Transaksi berjalan sepi, hanya 30.677 kali perdagangan dibanding rata-rata harian tahun lalu yang mencapai di atas 40 ribu kali, sedangkan volume hanya mencapai 1,221 miliar saham dengan nilai Rp1,610 triliun.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008