Bogor (ANTARA News) - Ketinggian air di Bendung Katulampa, Bogor, Jawa Barat, mulai turun dan hingga Rabu siang tercatat 90 cm di atas mercu bendung, setelah pada Selasa (1/1) malam sempat melewati batas normal dan menembus angka 140 cm. "Sejak pagi tadi, ketinggian air terus turun. Pada pukul 08.00 WIB sempat mencapai 80 cm, namun naik lagi menjadi 90 cm siang ini," kata seorang petugas Bendung Katulampa, Awan, di Bogor. Bendung yang berlokasi di Desa Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, itu dijadikan indikator tingkat bahaya air dari Bogor menuju Jakarta. Perjalanan air dari Katulampa ke Jakarta normalnya 10-12 jam, namun ini tergantung ketinggian air. Semakin tinggi air, maka bisa lebih cepat mencapai Jakarta. Ketinggian normal air Bendung Katulampa adalah di bawah 70 cm. Bendung Katulampa dinyatakan Siaga III bila ketinggian air di atas mercu bendung antara 170 cm hingga 240 cm, Siaga II bila ketinggian antara 240 cm sampai 300 cm, dan Siaga I bila ketinggian sudah melebihi 300 cm di atas mercu bendung. Hingga Rabu siang, hujan ringan hingga sedang masih terus mengguyur wilayah Bogor. Sementara itu, menurut Kepala Balai Klimatologi, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bogor, Endang Suprapti, curah hujan di wilayah Bogor sepanjang Selasa (1/1) tergolong tinggi dan mencapai 89 mm per hari. Rata-rata curah hujan di daerah berjuluk "Kota Hujan" ini tercatat 400 mm per bulan atau sekitar 13 mm per hari. Pada Senin (31/12) curah hujan tercatat 15,4 mm per hari. Diperkirakan, curah hujan di Bogor tetap tinggi hingga sepekan ke depan dan mencapai puncaknya pada akhir Januari atau awal Februari. Pihaknya juga mengimbau warga di wilayah rawan longsor dan banjir untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya longsor karena kondisi tanah saat ini sudah jenuh oleh air hujan. "Tanah sudah jenuh sehingga potensi longsor makin besar. Apalagi memasuki puncak musim hujan di akhir Januari. Oleh karenanya perlu diberi peringatan dini bagi warga di daerah rawan longsor," katanya. Menurut Endang, tidak ada potensi terjadinya angin puting beliung. Namun warga harus mewaspadai angin kencang dengan kecepatan rata-rata 20 knot atau sekitar 30 km per jam.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008