Khartoum, Sudan (ANTARA News) - Pelaku bersenjata api membunuh seorang pejabat badan bantuan pemerintah AS dan supirnya di Khartoum, Selasa, kata para pejabat AS dan Sudan. Penyerang tak dikenal itu melepaskan tembakan kepada pejabat Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) yang sedang pulang ke rumahnya dengan menggunakan kendaraan kedutaan beberapa saat selepas malam tahun baru, kata sumber-sumber diplomatik. USAID mengatakan John Granville (33) dan supirnya, Abdelrahman Abbas Rahama (39), seorang staf berkewarganegaraan Sudan, ditembak mati. Supir tersebut tewas seketika sedangkan Granville meninggal di rumah sakit. Walter Braunohler dari bagian Humas Kedutaan Besar AS kepada Reuters mengatakan : "Malang, dia baru saja meninggal." Braunohler mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai motif penembakan tersebut. "Kami bekerja secara erat dengan pihak berwenang setempat untuk menyelidiki insiden itu," ungkap pernyataan USAID. Kantor berita resmi Sudan, SUNA, menyebutkan Granville tewas akibat beberapa luka tembakan. Sudan mengutuk serangan itu dan menyatakan pelakunya akan dikejar. Washington telah lama tegang dengan Khartoum sehubungan konflik di Darfur. Presiden George W.Bush menyebut apa yang terjadi adalah genosida sedangkan pemerintah Sudan menolak tuduhan itu. Penembakan itu berselang satu hari setelah Bush menandatangani peraturan yang memudahkan negara-negara bagian di AS, pemerintah daerah, pengelola dana bersama maupun pengelola dana pensiun,untuk menghentikan investasi pada perusahaan-perusahaan yang berbisnisdi Sudan, khususnya sektor perminyakan, sehubungan konflik Darfur. Pemerintah AS pada Agustus memperingatkan warga negaranya di Sudan bahwa ada informasi mengenai "satu kelompok ekstremis" yang mungkin mengincar sasaran berupa kepentingan-kepentingan maupun fasilitas AS. Televisi Al Arabiya mengatakan serangan itu terjadi di suatu jalan utama di ibukota tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sudan, Ali al-Sadig, menyebut peristiwa itu insiden yang berdiri sendiri dan mengatakan penyelidikan dilakukan dengan berkoordinasi bersama pihak AS. Belum ada orang yang ditahan. Dia tidak mengatakan serangan itu bersifat kriminal atau politis, namun dia menyebutkan para penyelidik mempertimbangkan segala kemungkinan. Dia juga yakin pejabat AS tersebut ditembak dari kendaraan lain. "Cepat atau lambat kami akan menangkap pelaku dan menyeret mereka ke pengadilan," katanya. Kurang lebih 20 negara bagian di AS sudah memulai usaha divestasi sehubungan konflik etnik dan politik di Darfur. Para pengamat internasional menyebut konflik itu telah menelan korban 200 ribu jiwa dan membuat 2,5 juta orang terusir dari rumah masing-masing, sejak pemberontak mengangkat senjata pada tahun 2003. Khartoum mengemukakan jumlah yang tewas adalah sembilan ribu orang. Pada Senin, pasukan gabungan PBB dan Uni Afrika mengambil alih penjagaan perdamaian di Darfur dari pasukan Uni Afrika. Mereka berencana menempatkan 20 ribu tentara dan enam ribu polisi, namun jumlah saat ini jumlah personel hanya sepertiga dari rencana tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008