Bandung (ANTARA News) - Pada malam Tahun Baru 2008, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan penghargaan kepada mantan Menteri Luar Negeri, Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja, sebagai budayawan Sunda yang konsisten. "Pak Mochtar adalah budayawan Sunda yang konsisten, banyak karya cemerlang yang ditorehkannya sekaligus menjadi spirit bagi generasi muda Jawa Barat," kata Gubernur Jabar, H Danny Setiawan seusai menyerahkan penghargaan itu di Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika Kota Bandung. Penerimaan penghargaan itu diwakili oleh salah seorang kerabatnya. Selain menganugerahkan penghargaan budaya bagi Mochtar Kusumaatmaja, pada malam pergantian tahun itu Pemprov Jabar memberikan penghargaan kepada 15 tokoh sunda lainnya yang terdiri dari kalangan seniman, budayawan, lembaga serta tokoh yang berjasa di sektor pariwisata. Penerima penghargaan budaya lainnya adalah budayawan Dr Saini KM, Majalah Mangle (Majalan Bahasa Sunda), Kampung Cipta Gelar (kampung adat) dan HU Pikiran Rakyat Bandung. Penerima anugerah lainnya adalah tokoh pencak silat paguron Tadjimalela Alm Djadjat Kusumahdinata (Djadjat Paramor) sebagai legenda, dalang Mamat Tahmat Tambi (dalang wayang kulit), Bi Raspi (seniman ronggeng) serta bererapa penerima penghargaan di bidang pariwisata dan usaha pariwisata. Selain itu, budayawan WS Rendra juga mendapat anugerah untuk kategori diva. "Penghargaan seni, budaya dan pariwisata ini sebagai bentuk apresiasi kami untuk tokoh yang konsisten mempertahankan idealisme dan pemikirannya untuk seni dan budaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, HI Budhiyana. Pada kesempatan itu, WS Rendra sempat memukau sekitar seribu orang yang hadir di tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang legendaris itu. Meski kurang dari lima menit, "Si Burung Camar" yang didaulat memberikan orasi budaya pada malam pergantian tahun itu beraksi dengan puisi "Catatan Tahun 1946" karya Chairil Anwar. Dengan gaya bertuturnya yang khas, ia sempat mengulas penggalan kisah Chairil Anwar yang mati muda itu. "Jangan mengeluh, jangan mengaduh. Tetap....." demikian bait penggalan puisi itu, yang mengingatkan perlunya kesiapan dan sikap pantang menyerah menhadapi masa depan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008