Yogyakarta (ANTARA News) - Tahun 2008 diprediksi menjadi titik awal dari ketegangan situasi politik dalam negeri, berkaitan dengan Pemilu dan Pilpres 2009. Menurut pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ary Dwipayana, Selasa, 2008 juga akan diwarnai dengan meningkatnya manuver yang dilakukan para elit politik. Dikatakannya, ketegangan akan terjadi baik di lingkungan internal pemerintah maupun partai besar, berkaitan dengan persiapan mereka menghadapi Pemilu dan Pilpres 2009. Dalam pemerintahan, katanya, ketegangan akan muncul manakala hubungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla semakin tidak harmonis, di tengah persiapan mereka menghadapi Pemilu dan Pilpres 2009. Sementara di lingkungan internal partai politik, pada 2008 juga akan terjadi ketegangan terutama di tingkat kader, karena mereka akan saling sikut untuk menentukan daftar urut maupun kader mana yang akan duduk dalam jajaran legislatif. Untuk partai besar, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), friksi akan muncul pada penentuan tokoh yang akan menjadi pendamping Megawati Soekarnoputri sebagai Calon Presiden (Capres) dan Cawapres pada Pilpres 2009. Partai Golkar juga tidak luput dari ketegangan tersebut, terutama saat menentukan cara menjaring capres, yaitu melalui konvensi atau bukan. Akibat dari kondisi itu, perhatian pemerintah pada masyarakat pada 2008 akan menurun karena pemerintah akan lebih berkonsentrasi pada persiapan Pemilu dan Pilpres 2009, kata Ary Dwipayana. (*)

Copyright © ANTARA 2008