Hingga kini Indonesia masih berjuang melawan korupsi dengan beragam cara, melalui pencegahan dan penindakanPalembang (ANTARA) - Wakil Ketua KPK Saut Situmorang khawatir setelah mendapati kenyataan bahwa pendidikan anti korupsi ke kalangan anak-anak sangat minim ditanamkan dunia pendidikan dan orangtua.
“Saya khawatir, saat ini anak-anak mengukur orang lain itu dari barang yang dimiliki. Ketika barang dan harta jadi ukuran, ini berbahaya,” kata di Palembang, Kamis, setelah menyaksikan penadatanganan MoU para kepala daerah dengan Dirjen Pajak untuk pengoptimalisasian pendapatan negara.
Padahal, ia melanjutkan, alat ukur yang paling layak yakni integritas, bukan barang.
“Ini mengkhawatirkan, karena kita semua bakal mati dan mereka (anak-anak) ini yang bakal memimpin negeri ini,” kata dia.
Untuk itu, KPK sudah membuat langkah konkret dengan membuat metode pengajaran model anti korupsi untuk sekolah-sekolah formal.
Ia merujuk yang sudah dilakukan Provinsi Jawa Tengah, yang sudah menerapkan di bidang pendidikan.
“KPK mengandeng konsultan untuk metode pengajarannya, model-model apa saja yang menarik bagi anak-anak yang bisa membangkitkan karakter integritasnya. Saya berharap Sumsel juga mau,” kata dia.
Hingga kini Indonesia masih berjuang melawan korupsi dengan beragam cara, melalui pencegahan dan penindakan. Berdasarkan perangkingan World Justice Riset, Indonesia hanya mendapatkan angka 37, sementara Malaysia mampu 50, dan Singapura 85.
Menurutnya, pemberantasan korupsi ini merupakan persoalan krusial bagi bangsa ini, bahkan menjadi penilaian negara lain terhadap Indonesia.
Namun, ia menggarisbawahi, korupsi ini akan sulit diberantas jika kesejahteraan warga masih rendah. “Untuk itu, kita genjot pendapatannya, melalui tax rasio dan pendapatan dari PAD di daerah,” kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019