Jakarta (ANTARA) - Mendekati hari raya Idul Fitri, harga kebutuhan bahan pokok terpantau dalam kondisi stabil. Hal ini dinilai karena pemerintah gencar menggelar operasi pasar.


Harga komoditas di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ), Jakarta Timur saat ini terpantau dalam kondisi stabil. Mulai dari bawang putih, bawang merah, cabai rawit hingga sayur mayur nyaris tak ada kenaikan.


"Operasi pasar pemerintah sangat berdampak pada kestabilan harga pasar," ujar Koh Alim, salah satu distributor sekaligus pedagang bawang putih di Blok H PIKJ.


Alim mengatakan kalaupun ada, kenaikan terjadi di beberapa pasar kecil dan tradisional. Itu pun masih dalam kondisi yang wajar.


"Kenaikan ini karena pedagang juga mau mengambil untung, walaupun hanya sedikit. Saya kira wajar karena mereka berjualan,” katanya.


Sementara itu, Ombudsman RI juga menemukan tidak ada lonjakan harga pada 10 komoditas kebutuhan pokok.


"Sementara ini, kita optimistis tidak ada lonjakan-lonjakan drastis,” ucap Alamsyah, anggota Ombudsman RI.


Adapun komoditas yang disidak Ombudsman ialah beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi lokal. Kemudian daging ayam broiler, telur, bawang merah, dan bawang putih.


Pada pekan ketiga Ramadan 2019, harga sejumlah bahan pokok bahkan sempat tercatat turun. Berdasarkan pantauan dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) nasional ada delapan bahan kebutuhan pokok yang harganya turun.


Pertama, beras kualitas medium I turun dari pekan sebelumnya menjadi Rp10.450 per kilogram.


Kedua, daging ayam tercatat turun Rp1.400 dibanding Senin pekan kedua Ramadan. Ketiga, daging sapi juga turun tipis.


Keempat, telur ayam turun Rp200 dibandingkan awal pekan dua. Kelima, bawang merah yang turun RpRp1.400 per kilogram.


Kemudian bawang putih, cabai merah dan cabai rawit juga secara rata-rata nasional turun.


Dorong Angka Produksi, Harga Pangan Terkendali PDB Meningkat


Terkendalinya harga bahan pangan jelang Lebaran, menurut anggota Komisi IV DPR RI Ono Surono adalah bagian dari hasil kerja keras Kementerian Pertanian (Kementan) menghadirkan pangan murah dan berkualitas dengan meningkatkan produksi hasil pertanian.


"Artinya langkah yang dilaksanakan pemerintah selama ini sudah berhasil. Maksudnya sudah memberikan harga stabil dan memberikan keuntungan yang wajar untuk petani," katanya.


Peningkatan produksi pertanian yang dimaksud Ono, tercatat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Khususnya sektor hortikultura yang terus tumbuh secara meyakinkan.


"Selama empat tahun ini, PDB hortikultura tumbuh positif dan membanggakan. Kenaikan juga terjadi pada triwulan I tahun 2019," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) Ketut Kariyasa.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB sektor pertanian tahun 2013 nilainya mencapai Rp 847,8 triliun. Dua tahun berlalu, angka tersebut terus meningkat tajam masing-masing sebesar Rp 880,4 triliun dan Rp 906,8 triliun.


Selanjutnya, PDB tahun 2016 dan 2017 juga meningkat, masing-masing sebesar Rp 936,4 triliun dan Rp 969,8 triliun. Demikian juga dengan tahun 2018, nilainya tumbuh sebesar 3,7 persen atau Rp 1.005,4 triliun. Angka tersebut bahkan melebihi target yang ditetapkan, yakni sebesar 3,5 persen.


"PDB Pertanian pada triwulan I 2019, tubuh positif sebesar 19,67 persen. Angka ini lebih baik jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,15 persen," tutupnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019