Islamabad (ANTARA News) - Putera Benazir Bhutto akan menyampaikan pesan anumerta bagi pemimpin oposisi Pakistan yang dibunuh dan membacakan keinginannya Minggu ini tapi anak berusia 19 tahun tersebut terlalu muda untuk menjadi pemimpin yang diharapkan negara yang dilanda-krisis itu. Pakistan sedang berjuang untuk muncul dari delapan tahun pemerintahan militer pada waktu ketika gerilyawan Islam garis keras yang didukung-al Qaida mengancam untuk membuat tidak stabil negara bersenjatakan nuklir itu karena persekutuan Presiden Pervez Musharraf dengan AS. Pemilihan yang ditetapkan pada 8 Januari dapat ditangguhkan menyusul pembunuhan Bhutto pada kampanye Kamis. Kehilangan pemimpin kharismatis Bhutto, Partai Rakyat Pakistan (PPP) dalam kesulitan dan berantakan. Bilawal mewakili gererasi masa depan dalam dinasti yang sejarahnya berjalin dengan Pakistan, tapi ia sekarang ini masih belajar ilmu hukum di Oxford. Sekarang ini, kekuatan dalam partai itu mungkin adalah terletak pada suami Benazir, Asif Ali Zardari. "Untuk sementara, tidak ada Bhutto yang menggantikannya," Hasan Askari Rizvi, seorang pengamat yang bermarkas di Lahore, mengatakan. "Ini merupakan fase yang tidak menentu bagi dinasti itu." Para pemimpin PBB akan bertemu di Naudero, kampung halaman Bhutto di Pakistan selatan, Minggu ini untuk memutuskan masalah suksesi itu dan apakah akan ikut pemilihan yang telah membayang. Dalam satu wawancara dengan BBC Sabtu, Zardari ditanya apakah ia ingin memimpin partai itu. "Itu bergantung pada partai dan itu bergantung pada kehendaknya (partai itu). Putera saya akan membacakan kehinginan ibunya pada partai," kata Zardari. Pilihan terletak antara Zardari atau pembantu utamanya, Mkahdoom Amin Fahim, politikus pemilik-tanah lainnya. Meskipun nominasi diberikan pada Bilawal, yang tinggi dan cakep seperti ibunya, Zardari akan menjadi pemimpin de fakto. Zardari dapat memancarkan pesona, da memperoleh penghormatan karena telah menalani delapan tahun penjara sebelum dibebaskan tanpa diadili. Bagaimanapun musuh politik menuduhnya melakukan korupsi dan banyak pendukung setia PPP menyalakan dia karena mencemarkan nama Bhutto, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007