Jakarta (ANTARA) - Polisi Daerah (Polda) Metro Jaya mengharapkan kericuhan yang terjadi di beberapa titik Kota Jakarta, tidak meluas ke wilayah lainnya.
"Mudah-mudahan tidak ya, karena itu artinya akan mengganggu kegiatan masyarakat lainnya secara lebih luas," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono pada Antara di depan Gedung Bawaslu, Kamis.
Selama dua hari terjadinya aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu RI yang menuntut pengusutan kecurangan pemilu 2019, buntutnya selalu terjadi bentrokan hingga kericuhan antara massa dan aparat keamanan mulai pada malam hari sampai pagi hari esoknya.
Bukan hanya terjadi di depan Gedung Bawaslu dan tempat sekitarnya (Jalan Wahid Hasyim), kerusuhan juga terjadi di sekitar Slipi dan Asrama Brimob Petamburan.
Jika mengacu pada jadwal pemilu 2019 yang menyebut maksimal tanggal 28 Mei 2019 adalah penetapan hasil Pemilu 2019, Argo mengharapkan doa dari semua masyarakat Indonesia agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Kami juga harapkan masyarakat aktif ikut serta amankan negara ini," ujar Argo.
Terkait kericuhan yang kembali terulang pada Rabu malam tanggal 22 Mei 2019 kemarin hingga Kamis pagi, Argo menilai massa tersebut bukanlah pendemo.
"Beda ini, ini bukan demonstran tapi perusuh, karena gak ada pendemo seperti yang dilakukan oleh massa tersebut," ujar Argo.
Diketahui, bentrokan antara pihak kepolisian dengan massa aksi terjadi sudah sejak Rabu (22/5) pukul 20:15 WIB. Bentrokan terjadi setelah pihak kepolisian berupaya membubarkan massa aksi yang masih bertahan di depan gedung Bawaslu.
Kini, Kamis pagi kondisi di sekitar Bawaslu sudah cukup kondusif, petugas PPSU dan Dinas Kebersihan DKI juga sudah mulai membersihkan puing-puing sisa kericuhan.
Dalam kericuhan Rabu malam hingga Kamis dini hari tersebut, warung sate dan pos polisi Jalan Agus Salim (Sabang) samping rumah makan Garuda terbakar, pos polisi yang terletak di tengah persimpangan Sarinah dan dua motor wartawan juga menjadi objek pembakaran massa.
Polisi mengamankan sekitar delapan belas orang yang diduga anggota massa aksi dengan beberapa orang di antaranya dalam keadaan luka berat yang dimasukkan ke mobil tahanan dan mobil medis untuk kemudian diarahkan ke Mapolda Metro Jaya.
Dari informasi yang beredar, satu orang pewarta dari Tagar.id juga ikut diamankan karena dianggap melakukan hal yang berlebihan saat polisi mengamankan massa.
Hingga saat ini belum ada konfirmasi baik dari media yang bersangkutan ataupun pihak kepolisian mengenai kabar tersebut.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya merilis sudah ada 257 massa aksi di Bawaslu pada 22 Mei 2019 yang berakhir ricuh, diamankan oleh petugas kepolisian.
"Namun dengan yang diamankan 22 Mei, Polisi sudah mengamankan sebanyak 300 orang," ujar Argo.
Sampai sekarang, Argo menambahkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki kemungkinan adanya aktor intelektual di balik kericuhan tersebut.
"Semua bisa terjadi (penyelidikan siapa aktornya). Aktor intelektual juga dicari karena ada dugaan ada yang mengatur massa untuk kericuhan tersebut," ucap Argo menambahkan.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019