Seoul (ANTARA News) - Parlemen Korea Selatan (Korsel) pada Jumat setuju untuk mempertahankan tentaranya di Irak selama satu tahun lagi, sebagai langkah yang ditujukan untuk mempererat aliansi dengan Amerika Serikat (AS) menghadapi ambisi nuklir Korea Utara (Korut). Parlemen mendukung usul pemerintah untuk memperpanjang masa tinggal kesatuan itu hingga Desember 2008, tapi akan mengurangi dengan separuhnya ukuran pasukan tersebut menjadi sekitar 650 tentara, seorang jurubicara majelis nasional mengatakan. Pengurangan pasukan itu telah berlangsung, dengan sekitar 600 tentara telah pulang pada beberapa pekan lalu. Sejumlah 650 tentara sisanya akan tinggal di Irak selama satu tahun lagi, kata kementerian pertahanan. Presiden Roh Moo-Hyun telah minta pada Oktober agar pasukan itu meneruskan misi pembangunan kembali dan medis mereka selama satu tahun lagi. "Berdasarkan situasi tempat masalah nuklir Korea Utara dapat berkembang melalui cara yang tak dapat diprediksikan, kami menilai bahwa aliansi Korea Selatan-AS, lebih dari yang lain, harus dipertahankan," katanya pada waktu itu. Korea Selatan dan AS telah terlibat dalam pembicaraan enam-negara yang mengusahakan denuklirisasi Korea Utara sebagai pertukaran bagi keuntungan bantuan dan diplomatik. Roh pada waktu itu juga menyebut kesempatan usaha yang potensial di Kurdistan Irak, tempat pasukan Zaytun tersebut ditempatkan. Presiden terpilih Lee Myung-Bak mendukung pengerahan berlanjut itu, yang harus disetujui oleh parlemen. Mosi Jumat disahkan dengan 146-104 suara. Perpanjangan itu adalah yang keempat oleh Korea Selatan sejak 3.000 tentaranya dikerahkan dengan mandat satu tahun pada 2004 atas permintaan pemerintah AS. Permintaan akan penarikan pasukan itu meningkat setelah seorang pekerja Korea Selatan diculik dan dibunuh pada 2004 oleh gerilyawan Irak yang minta tentara Korea Selatan pergi. Unit itu sendiri telah menderita korban bukan-pertempuran. "Dalam masyarakat internasional, anda jangan memberi hari ini dan mengambil kembali besok," anggota parlemen Song Young-Sun dari oposisi konservatif pimpinan-Lee Partai Nasional Raya mengatakan pada parlemen. "Meskipun tidak ada perolehan ekonomi sekarang ini, sebuah negara tidak dapat membangun hubungan internasionalnya dalam satu hari. Ini pasti investasi." Para penentangnya mengatakan "perang atas teror" pimpinan-AS kurang legitimasi karena meluasnya perang saudara di Irak dan kegagalan untuk menghubungkan rezim Saddam Hussein yang dijatuhkan dengan al-Qaida, lapor kantor berita Yonhap. "Mereka menyebut aliansi Korea-AS sebagai alasan utama bagi pengerahan itu, tapi sekutu lainnya telah menarik tentara mereka -- yang mencakup Italia, Swedia, Norwegia, Portugal dan bahkan Inggris dan Jepang," kata anggota parlemen Im Jong-Seok dari kelompok liberal Partai Demokrat Baru Bersatu yang pro-pemerintah. Korea Selatan sejauh ini telah menghabiskan 636,7 miliar won (680 juta dolar) selama empat tahun pengerahannya ke Irak dan membutuhkan 44,6 miliar lagi selama setahun ke depan. Negara itu telah menarik kelompok terakhir dari tentaranya dari Afghanistan bulan ini meskipun ada permintaan AS pada insinyur dan dokter tentara untuk tinggal. Kantor Roh telah mengatakan ini akan menjadi perpanjangan terakhir bagi pasukan Korea Selatan di Irak. Namun Lee, yang akan berkuasa Februari, tidak mengesampingkan masa tinggal lebih lama tentara itu, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007