Lhokseumawe, Aceh (ANTARA) - Sejumlah nelayan di Lhokseumawe, Provinsi Aceh terpaksa melarung atau melepas kembali ikan hasil tankapan jaringnya ke laut akibat minimnya pasokan es batangan untuk menjaga kesegaran ikan sampai ke darat.

"Sekarang, hasil tangkapan nelayan sedang banyak, terutama untuk sejenis ikan cakalang, akan tetapi karena kurangnya persedian es batangan, ada yang terpaksa melarung kembali ikan yang sudah ditangkap,” ungkap Mustafa, salah seorang nelayan di Lhokseumawe, Rabu Ia memalam.

Ia mengatakan hal itu terpaksa dilakukan oleh nelayan untuk menghindari pembusukan., sehingga para nelayan akan menangkap ikan sesuai dengan jumlah persediaan es batangan saja, kemudian kembali ke darat.

Mustafa mengatakan sebenarnya tidak selamanya nelayan kekurangan es batangan. Akan tetapi untuk kondisi sekarang karena banyaknya hasil tangkapan ikan segar, maka jumlah es yang dibutuhkan juga meningkat.

“Dalam sekali berangkat, untuk jenis boat besar membutuhkan puluhan es batangan. Jumlah tersebut, tidak menjadi persoalan pada saat hasil tangkapan tidak banyak. Akan tetapi saat tangkapan banyak seperti sekarang, tentu saja kebutuhan es juga tinggi agar ikan hasil tangkapan tetap segar,” kata nya.

Dia mengatakan banyaknya hasil tangkapan nelayan sudah terjadi sejak sebulan terakhir, terutama untuk jenis ikan cakalang dan juga sejenis dencis. Hasil tangkapan nelayan tersebut selain dijual di pasar dalam daerah juga dikirim ke berbagai daerah lainnya, bahkan sampai ke Sumatera Utara.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Asmadi, Kepala UPTD Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pusong. yang menyatakan kebutuhan es batangan bagi nelayan di Lhokseumawe cukup banyak apalagi pada musim banyak hasil tangkapan ikan.

Ia mengatakan untuk kapal nelayan yang beroperasi di PPI Pusong saja, tercatat dalam sebulan terakhir, jumlah kebutuhan es bagi nelayan adalah sebesar 905.280 Kilogram, sedangkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan es dimaksud adalah sebesar Rp 316.848.000, katanya.

Pewarta: Mukhlis
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019