Ngawi (ANTARA News) - Jumlah pengungsi korban banjir di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, hingga Jumat terus bertambah, sementara ketinggian air di kantung-kantung banjir masih menyentuh atap rumah penduduk, meski ketinggiannya sudah menyurut 50 centimeter dibanding hari sebelumnya.Wilayah terparah dilanda banjir, Kecamatan Geneng, jumlah pengungsi sudah mencapai sekira 2.000 orang, demikian juga dari Kecamatan Kwadungan jumlah pengungsi mencapai ribuan orang, meski data pasti belum diperoleh, demikian informasi yang dihimpun ANTARA News di lokasi pengungsian. Camat Geneng, Kabupaten Ngawi, Joko Santoso mengatakan, kendati banjir mulai surut hingga 50 centimeter, namun jumlah pengungsi di Kecamatan Geneng terus bertambah. "Banjir di sejumlah rumah penduduk hingga kini masih setinggi atap," kata Joko saat ditemui di lokasi pengungsian Kecamatan Geneng. Menurut dia, banjir paling parah di Kabupaten Ngawi terjadi di Kecamatan Geneng dan Kwadungan yaitu dengan ketinggihan empat meter. Para pengungsi di Kecamatan Kwadungan diantaranya berada di Desa Pojok, Kendung, Dinden, Purwosari, Genengan, Sumengko dan Simo. Sedangkan di Kecamatan Geneng meliputi Desa Klampisan, Kasreman, Sidarejo, Kersikan, Gempel, Kertoharjo, dan Klitik. Desa yang paling parah dilanda banjir, kata dia, kebanyakan dari Kecamatan Kwadungan. Pasalnya dari 14 desa yang ada di Kecamatan Kwadungan, cuma satu desa yang tidak terkena banjir yakni Desa Warok Kalong. "Desa Warok Kalong yang tidak terendam banjir itu sekarang dibuat posko pengungsian," katanya. Selain itu, pihaknya dengan dibantu anggota TNI dan polisi terus melakukan evakuasi warga yang masih terjebak ditengah-tengah banjir. "Upaya yang kami lakukan saat ini melakukan evakuasi dan mengotimalkan dapur umum untuk para pengungsi," katanya menambahkan. Data yang dihimpun ANTARA menyebutkan daerah yang tergenang banjir diantaranya berada di 13 kecamatan meliputi Kecamatan Geneng, Karanganyar, Widodaren, Kedung Galar, Pitu, Pangkur, Karangjati, Padas, Kaseman, Ngawi, Paron, Mantingan dan Kwadungan.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007