Jakarta (ANTARA News) - Sejak TNI Angkatan Udara berdiri 61 tahun silam, baru Marsekal Madya (Marsdya) Subandrio yang berhasil membuktikan diri bahwa penerbang helikopter juga bisa menjadi orang nomor satu di matra udara itu. "Bangga juga menjadi yang pertama, karena selama ini kan kepala saf Angkatan Udara (Kasau) selalu ditunjuk dari skadron tempur atau angkut," katanya, di Jakarta, Jumat. Ditemui di ruang kerjanya, sesaat sebelum dilantik sebagai Kasau oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Subandrio mengatakan tidak ada tradisi di TNI-AU bahwa setelah dari skadron tempur atau angkut, pasti penerbang helikopter yang menjadi Kasau. "Tidak ada tradisi itu, semua atas dasar pertimbangan profesionalitas selama mengabdi di TNI AU," ujar pria kelahiran Bandung itu. Marsdya Subandrio merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1975 dan mengawali karir militernya sebagai Komandan Skadron 7 Pangkalan Udara (Lanud) Suryadharma, Kalijati Subang Usai menjalani tugas sebagai Komandan Lanud helikopter latih di Suryadharma, ayah dari tiga putri itu kemudian dipercaya sebagai Komandan Pangkalan Udara (lanud) Atang Sendjaya Bogor. Sebagai penerbang helikopter, dia lama bertugas di pendidikan sebagai instruktur pilot pada Bell 204 Iroquois (1982), Bell-47G Sioux (1982), Hughes-500 (1982), Bell-47G Solloy (1984), dan BO-105 Bolkow (1985). Tahun 1985 menjadi Danflight Ops Skadron Udara 7, Kadisops Skadud 7 (1988), Komandan Skadron Udara 7 (1990). Setelah `kenyang` bermain dengan mesin capung, Subandrio dipercaya menjadi Direktur Pendidikan Seskoau dan Wakil Komandan Seskoau. Lulusan Sekolah Penerbang 1977 itu, kemudian dipercaya untuk menjadi orang nomor satu di jajaran Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU serta Komandan Seskoau. Sosok `low profile` itu, semakin menanjak karirnya sejak dipercaya menjadi Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) II, Asisten Logistik Kasau sehingga akhirnya menjadi orang nomor dua di matra udara.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007