Mereka meminta pihak Bawaslu menunda penetapan hasil Pemilu 2019 sampai kecurangan yang sistematis, struktur, dan masif ditindak tegas.
"Kami meminta keadilan dari kalian yang digaji oleh rakyat. Kami tidak mempermasalahkan siapa yang akan menjadi presiden. Kami hanya mau Bawaslu dan KPU bekerja dengan adil dan jujur," kata Koordinator Aksi Angga Fahmi dalam orasinya, Rabu.
Masa aksi juga meminta agar para korban yang meninggal dalam proses pemilu dilakukan autopsi untuk menjawab kejanggalan-kejanggalan hati rakyat terkhusus masyarakat Sumatera Utara.
"Kami tidak ingin membawa niat buruk karena sejatinya visi dan misi sama, kami ingin demokrasi berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku," tegasnya.
Selain itu, mereka juga meminta kebebasan dalam beragumen, termasuk di media, sebagai bentuk dari demokrasi.
"Kami juga menuntut supaya UU ITE direvisi karena yang membungkam masyarakat dan mahasiswa yang beraktivitas di dunia IT, " katanya
Sebelum menggelar aksi, sejumlah mahasiswa tersebut melaksanakan salat Zuhur di seputaran Kantor Bawaslu Provinsi Sumut.
Aksi yang awalnya berlangsung damai sempat mengalamai kerusuhan. Terlihat dua lapis pagar kawat berduri yang terpasang di sekitar Kantor Bawaslu Provinsi Sumut.
Mereka sempat mendorong pagar kawat tersebut. Namun, langsung dapat diatasi oleh pihak kepolisian yang berjaga.
Pantauan dilapangan, hingga saat ini masa aksi terus berdatangan memadati kawasan Jalan H. Adam Malik.
Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019