Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan belasungkawa atas terbunuhnya mantan PM Pakistan, Benazir Bhutto, dan mengutuk aksi kekerasan di negara itu. Presiden Yudhoyono mengemukakan hal itu di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis malam, seusai menerima Menlu Hassan Wirajuda yang dipanggil secara mendadak. "Pemerintah ikut berduka terhadap tragedi ini bukan hanya kepada keluarga almarhumah, tetapi juga kepada seluruh rakyat dan pemerintahan Pakistan," katanya. Presiden mengharapkan keamanan Pakistan dapat dipulihkan, hukum ditegakkan dan demokrasi dihormati. "Kita berharap aksi kekerasan di Pakistan tidak berkembang ke arah yang lebih buruk yang bisa memecah belah bangsa Pakistan. Ini harapan Indonesia sebagai sebagai negara sahabat," ujar Presiden. Menurut Yudhohono, dalam peristiwa ini tidak saja pengikut Benazir Bhutto yang terbunuh, tetapi juga pendukung mantan PM Pakistan Nawas Sharif. Ketika ditanya mengenai antisipasi pengamanan di Indonesia menjelang Pemilu 2009, Kepala Negara menegaskan bahwa seluruh pihak harus bisa menimba pengalaman dari apa yang terjadi di Pakistan agar tidak terjadi di negeri ini. Untuk itu Presiden mengajak bangsa Indonesia untuk memastikan proses demokrasi berlangsung aman dan tertib, khususnya saat pelaksanaan Pilkada yang sedang berlangsung di sejumlah daerah serta menjelang Pemilu 2009. "Saya akan mengeluarkan instruksi resmi kepada kepolisian, intelijen dan TNI untuk melakukan langkah efektif dan proporsional guna memastikan proses demokrasi berjalan tertib," ujar Kepala Negara. Selain itu, Presiden juga menyoroti perlunya perlindungan keamanan bagi tokoh-tokoh politik, baik di pusat maupun di daerah. (*)
Copyright © ANTARA 2007