Menristekdikti Mohamad Nasir kepada wartawan di Jakarta, Selasa malam mengatakan untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 maka diperlukan penguatan sumber daya manusia dan peningkatan keterampilan dan kompetensi agar generasi itu mampu berdaya saing, menciptakan lapangan kerja, menjadi sumber tenaga kerja profesional dan mampu melahirkan berbagai inovasi dan terobosan.
Dia mengatakan pendidikan vokasi menjadi penting untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan dan keterampilan siap pakai bagi masa depan mereka.
Dalam peningkatan keterampilan mahasiswa, maka pendidikan dengan praktik langsung di lapangan menjadi kunci.
Kemenristekdikti menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan pelatihan dan pendidikan secara nyata kepada mahasiswa untuk membekali mereka menjadi lulusan yang berkualitas. Salah satu kerja sama yang didorong adalah dengan pihak Taiwan melalui pendidikan vokasi mahasiswa dengan skema dua tahun di Taiwan dan dua tahun di Indonesia. Mahasiswa langsung mendapatkan dan mempraktikkan ilmu secara nyata di dunia usaha atau industri.
"Kalau keterampilan makin baik dan dia bisa diterima di industri karena dia praktik di industri di sana, itu berarti dia lulus siap untuk bekerja. Kalau sumber daya kita siap, untuk itu di tahun 2045 tenaga kerja sudah siap," ujarnya.
Menteri Nasir menuturkan bonus demografi Indonesia harus dipersiapkan dengan optimal agar menjadi generasi yang terampil, cerdas, profesional dan berdaya saing sehingga akan menjadi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi bangsa. Jika tidak dipersiapkan dan dimanfaatkan dengan baik, maka bonus demografi dengan jumlah manusia produktif yang lebih mendominasi akan menjadi beban bagi ekonomi bangsa.
Dia menuturkan perguruan tinggi juga harus mengajarkan mahasiswa tentang keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan ke depan sehingga ada modifikasi pada kurikulum tentang kebutuhan industri dan kemampuan akademik agar lulusan perguruan tinggi siap masuk dunia kerja dan dunia usaha.
Perguruan tinggi juga memegang peranan untuk melatih mahasiswa untuk dua sasaran yakni menjadikan mereka sebagai pencipta lapangan kerja atau pengusaha, atau menjadi pencari kerja profesional.
"Ini perlu ada suatu perubahan-perubahan kurikulum, laboratorium, sistem pembelajarannya harus diubah, pendekatan antara praktik dan teori harus kita imbangkan, 'outcome'-nya (hasil) nanti pada kompetensi," tegasnya.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019