Benghazi (ANTARA) - Pasokan air bagi 2,5 juta warga Tripoli kembali normal dua hari setelah diputus oleh kelompok bersenjata, kata pejabat pada Selasa, memungkinkan ibu kota Libya yang terkepung tersebut keluar dari jeratan krisis kemanusiaan.
PBB mengecam pemutusan pasokan air sebagai potensi kejahatan perang. Pemerintah Libya yang diakui internasional menuduh pasukan setia Komandan Khalifa Haftar di wilayah timur, yang berusaha merebut Tripoli, menjadi otak di balik pemutusan tersebut.
Pasukan Haftar menolak bertanggung jawab atas penyumbatan pasokan air. Komandan Tentara Nasional Libya (LNA) mengaku mereka mengirim bala bantuan untuk mengamankan pipa tersebut.
"Krisis pasokan air berakhir dan aliran kembali normal," menurut perusahaan Great Man-Made River, jaringan pipa yang memasok air tanah dari Sahara, dalam satu pernyataan.
Sebelumnya pada Sabtu kelompok bersenjata menyerbu stasiun distribusi air yang terletak sekitar 400 km selatan Tripoli, dengan memaksa para pekerja untuk mematikan pipa saluran, kata perusahaan, tanpa memberikan penjelasan.
Pasokan air ke sejumlah penduduk kota tidak lantas terhenti karena sistem air menampung kapasitas untuk dua hari.
Baca juga: Dua penjaga tewas, empat diculik dalam serangan ladang minyak di Libya
Baca juga: Pasukan Libya Timur berencana tingkatkan serangan terhadap Tripoli
Sumber: Reuters
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019