Jakarta (ANTARA News) - Asisten Deputi Olahraga Pendidikan (Asdep Ordik) Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) Yuni Poerwanti menyatakan keprihatinannya dengan sangat terbatasnya jam pelajaran untuk pendidikan jasmani dan olaraga di sekolah, serta sistem proses belajar dan mengajar yang masih sangat tradisional.
"Sekarang ini, rata-rata jam pelajaran di sekolah tingkat dasar hanya 80 menit per seminggu. Itu sangat tidak mencukupi untuk membentuk siswa yang bugar dan memiliki produktivitas belajar," kata Yuni di Jakarta, kemarin.
Menurut Yuni, penambahan jam pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dari rata-rata 80 menit perminggu ke angka ideal 180 menit perminggu memerlukan kemauan dari pihak pemerintah, terutama Departemen Pendidikan Nasional.
"Menurut saya, pertama Bapak Presiden sebagai kepala negara harus mencanangkan penambahan jam pendidikan jasmani dan olahraga. Sekaligus juga memerintahkan kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk menambah jam yang ada. Ini amanat Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jika tidak ada perintah dari atas maka Undang-undang tersebut tidak segera terimplementasikan pula," katanya.
Ia menilai bahwa selama ini, pendidikan jasmani dan olahraga belum mendapat perhatian yang mencukupi dari sektor pendanaan dan akibatnya, banyak guru olahraga yang tidak memiliki kualifikasi yang memadai.
"Adalah fakta bahwa masih ada honor guru pendidikan jasmani dan olahraga Rp 50.000,- per bulan. Bahkan pelajaran olahraga harus dirangkap oleh guru yang sama sakali tidak punya latar bidang keolahragaan," katanya.
Setiap satuan pendidikan harus mempunyai fasilitas untuk mendukung, baik lapangan, aula, atau tempat sejenisnya. Selama ini terutama untuk anak-anak SD sangat tidak memadai dan menggenaskan dibanding dengan SMP dan SMU. Fasilitasnya secara umum sangat jauh perbedaannya. Padahal ini dasar dari semua yang akan dicapai.
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah bagian integral dalam proses pendidikan, tapi ironisnya, model pendidikan ini dari dulu sampai sekarang tetap termarginalkan.
"Padahal, salah satu fondasi instrumen pembangunan bangsa adalah dengan kebugaran peserta didik yang harus dimiliki. Jangan bicara prestasi olahraga nasional, sementara dalam sistem pendidikan kita, pendidikan jasmani dan olahraga kurang mendapat tempat yang selayaknya," katanya menegaskan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007