"Laporan dari Peksos supervisor menyebutkan ibu Ida memenuhi syarat untuk masuk dalam PKH karena yang bersangkutan ada tanggungan lansia," kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Setelah dilakukan penelusuran oleh pekerja sosial diketahui bahwa kesulitan ekonomi yang ditanggung Ida Faridha, karena ia terlilit utang bank keliling dengan bunga yang sangat besar. Hal ini membuat ia tidak bisa berjualan soto kembali, kata Agus.
"Kondisi perekonomian bu Ida Faridha sangat memprihatinkan karena untuk saat ini sudah kehabisan modal dan tidak bisa berjualan soto lagi, karena terlilit utang Bank Emok dan Bank keliling. Disamping itu ia juga mempunyai anak tamatan SMK namun masih menganggur. Tentu ini harus kita pikirkan jalan keluarnya," tambah Agus.
Upaya yang dilakukan Kementerian Sosial tersebut menurut Agus sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar jajarannya bergerak cepat jika ada masyarakat miskin yang belum mendapatkan bantuan sebagai wujud hadirnya negara di tengah masyarakat.
Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat mengatakan PKH hadir untuk meringankan beban masyarakat tidak mampu di Indonesia karena dalam bantuan ini masyarakat juga diberikan bekal untuk dapat keluar dari masalah kemiskinan.
"Dalam program PKH keluarga penerima manfaat diberikan edukasi bagaimana bisa memperbaiki perekonomian mereka melalui pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2)," kata Harry.
Selain akan menerima PKH, Ida juga akan mendapatkan bantuan pangan non tunai (BPNT).
Ida Faridha menjadi viral setelah ia membawa spanduk bertuliskan "Dijual Ginjal Demi Sesuap Nasi". Aksi Ida tersebut menyita perhatian pengguna kendaraan bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, pekan lalu. Dengan ekspresi wajah penuh harap, Ida Farida ingin banyak orang bersimpati dengannya.
Janda asal Karawang itu memilih datang ke ibu kota demi menarik simpati banyak kalangan. Dia datang sendirian naik transportasi umum dengan modal pinjaman tetangga.
"Selagi saya mampu usaha saya lakukan, saya datang ke sini harapannya bisa terketuk hati orang-orang untuk mau kasih modal buka warung soto tangkar nanti," ucapnya.
Baca juga: Cari pedonor ginjal bukan ranah dokter dan rumah sakit
Baca juga: Seorang Ibu jual ginjal untuk biaya pengobatan anak di Tulungagung
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019