Kediri (ANTARA News) - Kendati diguyur hujan deras sejak pagi hingga sore hari, namun tidak menyurutkan umat Kristiani untuk berziarah ke Gua Maria Lordes di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa. Ribuan pemeluk agama Kristen dan Katolik secara bergelombang mendatangi gua yang dianggap keramat di lereng Gunung Wilis itu sejak Senin (24/12) malam. Mereka tidak hanya berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa, tapi juga ada yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara berkelompok datang ke gua yang berada di komplek Gereja Puhsarang. "Kami sengaja datang ke sini untuk mendapatkan berkah Natal dari Bunda Maria," kata Selvi Fouk (24), warga Attambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia dan sepuluh rekan-rekannya yang sama-sama berasal dari NTT itu baru pertama kali datang ke Puhsarang dengan menggunakan kendaraan umum. "Tempat ini sangat indah, tidak salah jika saya dan teman-teman merayakan Natal di sini," katanya beberapa saat setelah membasuh muka dengan air yang dianggap suci yang menetes dari dinding Gua Maria Lordes itu. Sebelumnya Selvi dan kawan-kawan mengikuti Misa Malam Natal di Gereja Puhsarang yang dipimpin Romo Katiran pada Senin (24/12) malam mulai pukul 18.00 WIB. Kemudian dia tinggal di sebuah pemondokan tak jauh dari komplek gereja yang dibangun seorang arsitektur Belanda, Ir Henricus Mclain Pont pada 1936 di lereng Gunung Wilis itu. Setelah mengikuti prosesi Misa Natal, mereka berdoa di bawah patung raksasa Bunda Maria yang berada di atas pintu masuk gua. Setelah berdoa, mereka mengambil air dari dalam gua. Demikian halnya dengan Mike (27), yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk merayakan Natal bersama anggota keluargnya di Gua Maria Lordes. "Beberapa tahun yang lalu saya sudah pernah datang ke sini, sekarang kami juga ingin mendapatkan berkah Natal di sini lagi," katanya. Sedangkan, Emi (43) mengaku sejak lama ingin datang langsung ke Gua Maria Lordes karena selama ini dia hanya mendengarkan cerita dari teman-teman dan sanak keluarganya. "Kedatangan kami ke tempat ini hanya ingin berdoa agar bangsa dan negara ini tetap tenteram dan perekonomiannya bisa bangkit kembali," kata pengusaha asal Surabaya itu. Membludaknya para pengunjung ke Gua Maria Lordes membawa berkah tersendiri bagi para pedagang yang membuka usahanya di sepanjang lorong jalan dari Gereja Puhsarang menuju Gua Maria Lordes. "Lumayanlah, Natal tahun ini lebih ramai dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Agustina, seorang pemilikkios di depan gapura Gua Maria Lordes itu. Ia menyebutkan, kendati hujan terus terjadi sejak Rabu malam, namun jumlah pengunjung yang datang ke Gua Maria Lordes terus bertambah sehingga hal ini menambah penghasilannya. "Kalau biasanya kami hanya bisa mendapatkan uang Rp600 ribu, sekarang sudah di atas Rp2 juta sejak tadi pagi," kata penjual suvenir mulai dari hiasan dinding, jerigen tempat air suci, kaos hingga VCD berisi lagu-lagu pujian itu menambahkan. Selain Gua Maria Lordes, di komplek Gereja Puhsarang juga terdapat Tiga Stasi Jalan Salib berupa patung Yesus Kristus yang terbuat dari perunggu dalam perjalanan menuju penyaliban dan Mausoleum Columbarium yang menjadi tempat dikuburkan para pastor dan tempat penitipan abu jenazah umat Kristiani. Gereja Katolik Puhsarang ini terbilang unik karena semua dindingnya terbuat dari susunan batu kali, sedang reng dan usuk atap gereja terbuat dari bentangan atap baja. Di dalam gereja tersebut terdapat relief batu yang melambangkan penulisan Injil di masa lampau. Bangunan yang dirancang Henricus Maclaine Pont dan Pastur H Wolters CM mengalami renovasi yang keempat kalinya pada 18 Mei 1999 dan diresmikan Uskup Surabaya, Mgr J Hadiwikarta Pr, tujuh bulan kemudian. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007