Beijing (ANTARA News) - Duta Besar (Dubes) RI untuk China, Sudrajat, menyampaikan rasa kekecewaannya, ketika mendapat laporan bahwa sejumlah calo bagi calon investor China yang akan meninjau lokasi investasi di Indonesia sudah dimintai uang dan hal itu sebagai sesuatu yang memalukan. "Kami kecewa sekali mendapat laporan begitu. Ada sejumlah investor China datang ke Indonesia untuk meninjau lokasi sudah `dikerjain` oleh para calo dengan cara meminta uang," kata Sudrajat, di Beijing, Selasa. Menurut dia, dirinya mendapat laporan bahwa beberapa investor China yang datang ke Indonesia dan hanya akan meninjau tempat pertambangan saja sudah dimintai uang oleh para calo sebesar Rp200 juta hingga Rp300 juta. "Ini sangat memalukan di tengah Indonesia sedang gencar-gencarnya menarik sebanyak mungkin investor asing untuk menanamkan modal di negara kita," kata Sudrajat. Langkah mengecewakan di dalam negeri tersebut, kata Sudrajat, dikhawatirkan bisa membuat citra buruk bagi para investor China yang sebetulnya saat ini sedang giat-giatnya melakukan investasi di luar negeri, termasuk di Indonesia. Dia berharap, agar perilaku yang tidak baik tersebut bisa segera ditangani dengan baik sehingga tidak menimbulkan citra buruk mengenai iklim investasi di Indonesia, yang pada akhirnya investor China tetap berkeinginan menanamkan modalnya di Indonesia. KBRI Beijing, menurut dia, terus berupaya untuk mempromosikan berbagai potensi investasi di sejumlah daerah di Indonesia dengan selalu menjelaskan sejumlah kelebihan. Bukan hanya KBRI Beijing, sejumlah pemerintah provinsi dan pemerintah daerah juga telah beberapa kali mengunjungi China untuk mempromosikan potensi wilayahnya masing-masing. Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, pada akhir Oktober 2007, misalnya, mengundang pengusaha China untuk berinvestasi di berbagai sektor di provinsi itu mengingat masih banyak potensi sumber daya alam yang masih belum tergali optimal namun bisa dimanfaatkan dalam suatu "Forum Investasi Papua". Ia mengatakan, potensi investasi yang bisa dikembangkan di provinsi itu adalah sektor perdagangan, pariwisata, perkebunan, peternakan, perikanan, serta pertanian yang saat ini masih sangat membutuhkan investor-investor baru, terutama dari China. Menurut dia, potensi Provinsi Papua ibarat "raksasa yang masih tidur", karena masih sangat banyak kekayaan sumber daya alam yang belum tergali secara optimal dan pengusaha China akan disambut baik untuk investasi. Untuk sektor pertambangan, misalnya, ia mengatakan bahwa di pulau itu terkandung banyak sekali hasil tambang seperti emas, tembaga dan nikel yang belum tergali secara optimal. Demikian pula untuk bidang perikanan, di sekeliling Papua terdapat lautan dan samudra yang luas yang menyimpan jutaan ton ikan yang bisa ditangkap untuk selanjutnya diolah sebagai komoditi ekspor. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007