Baquba/Bagdad, Irak (ANTARA News) - Kelompok bersenjata mengadang bus di dekat kota bergolak Baquba di Irak pada Senin dan menculik ke-14 penumpang Syiah sekeluarga di dalamnya, termasuk wanita dan anak-anak, kata polisi setempat. Peristiwa itu terjadi di dekat desa utara Baquba di propinsi Diyala, 90 kilometer timurlaut Bagdad, ibukota Irak, kata Kolonel Hazim Yassin dari kepolisian Baquba kepada kantor berita Prancis AFP. "Bus itu dihentikan di pos pemeriksaan palsu di dekat desa Albushaheen, yang dikuasai Alqaida. Penumpangnya, warga Syiah dan banyak di antara mereka wanita dan anak-anak, diculik," katanya. Diyala adalah salah satu daerah paling berbahaya di negara terkoyak perang itu, tempat Alqaida memimpin pejuang melakukan serangan keras, meskipun ada serangan tentara. Kekerasan menurun tajam di Irak beberapa bulan terahir, tapi pejabat Amerika Serikat dan Irak memperingatkan bahwa pejuang Arab Sunni Alqaida bersatu kembali di daerah, seperti, Diyala sesudah didorong keluar Bagdad dan propinsi Anbar, Irak barat, oleh pasukan Amerika Serikat dan Irak. Seorang konsultan manajemen Inggris dan empat pengawalnya, yang nama mereka tidak disiarkan untuk menjaga keselamatan mereka, diculik ketika melakukan kunjungan ke kantor kementerian keuangan Irak di Bagdad pada 29 Mei. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown pada awal Desember menyeru pembebasan mereka dan menolak tuntutan penculiknya agar London menarik pasukannya dari negara itu. "Kami akan melakukan segala upaya untuk menjamin tujuan kami, yaitu pembebasan segera sandera itu," katanya kepada wartawan. "Penyanderaan itu sama sekali tidak bisa diterima dan kami menegaskan, mereka tidak akan mengubah kebijakan kami," tambahnya. Desakan itu dibuat setelah jaringan televisi Al Arabiya, yang berpusat di Dubai, menyiarkan rekaman video, saat satu kelompok bersenjata menuntut Inggris meninggalkan Irak dalam 10 hari. Sandera di gambar tersebut terlihat dalam keadaan baik, namun kementerian luar negeri Inggris segera mengecam tuntutan itu dan mendesak pembebasan kelima irang itu tanpa syarat. Penculiknya memberikan batas waktu 10 hari dari tanggal siaran video itu kepada Inggris untuk meninggalkan Irak, tapi mereka tidak menyebutkan akibat jika London menolak melakukannya. Brown tidak mengacu secara khusus pada batas waktu itu. "Saya ingin penculik memikul tanggungjawab, memahami akibat dari perbuatannya untuk memberikan kemungkinan bagi pembebasan segera sandera itu, guna mengizinkan mereka pulang secepat mungkin," katanya. Pada Juni, Jenderal David Petraeus, panglima tertinggi pasukan Amerika Serikat di Irak, dalam wawancara dengan suratkabar "The Times" di Inggris menyatakan sandera itu diculik kelompok didanai, dilatih dan dipersenjatai Iran. Ia menyatakan ada upaya berkali-kali untuk membebaskan mereka dan penculik dikenali sebagai sel rahasia Tentara Mahdi, kelompok pejuang Syiah, yang setia kepada ulama garis keras Moqtada Sadr, yang pada September memerintahkan pembekuan kegiatan bersenjatanya. Seorang wartawan saluran televisi satelit Irak Al-Baghdadiyah, yang diculik tengah November, dibebaskan beberapa hari kemudian. Televisi itu menyatakan Muntadhar Zaidi, yang diculik di daerah Bab Sharji, Bagdad tengah, dibebaskan, namun tidak ada penjelasan terinci mengenai pembebasannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007