Aljir (ANTARA News) - Tiga tentara Aljazair luka parah akibat ledakan bom atas iringan mereka di Aljazair timur, kata sumber keamanan pada Senin.
Bom itu meledak pada Minggu ketika iringan kendaraan tersebut lewat daerah dekat kota Tebessa, Aljazair timur, 600 kilometer dari ibukota Aljazair, Aljir, kata sumber itu.
Serangan tersebut terjadi sehari sesudah tentara menjinakkan tiga bom buatan sendiri di dekat pos pemeriksaan tentara di daerah rusuh Kabylie, tambah sumber itu.
Dua bom mobil menewaskan sedikit-dikitnya 37 orang, termasuk 11 pegawai Perserikatan Bangsa-Bangsa di Aljazair pada 11 Desember.
Aljazair dihantam kekerasan pada 1992 sesudah pemerintah dukungan tentara membatalkan pemilihan anggota parlemen dengan pemenang Partai Keselamatan Islam (FIS), partai keras Islam. Sekitar 200.000 orang tewas sejak itu.
Kekerasan reda sejak 1990-an, tapi pada duabelas bulan terahir kembali meningkat hampir seperti semula.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon pekan lalu tiba di Aljirs untuk kunjungan sehari, saat ia akan mengunjungi tempat serangan jibaku pekan sebelumnya, yang menewaskan 41 orang, termasuk 17 karyawan badan dunia itu.
Ban, yang disambut di bandar udara antarbangsa Aljir oleh Menteri Luar Negeri Mourad Medelci, bertemu dengan Presiden Abdelaziz Bouteflika dan mengunjungi tempat ledakan bom.
Serangan 11 Desember itu, yang didaku oleh cabang setempat Alqaida, menghancurkan kantor Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi dan Kegiatan Pembangunan badan dunia tersebut, menewaskan 17 karyawannya, termasuk 14 warga Aljazair dan tiga warga asing.
"Serangan itu tidak akan pernah menghambat tugas penting kami di seluruh dunia, tanpa menghiraukan ancaman terhadap petugas kami," kata Ban di Paris.
Serangan semacam itu tidak akan pernah dibenarkan, tambahnya, "Tindakan tersebut melukai semua negara besar dan kecil, kaya atau miskin dan korbannya pada semua manusia dari segala usia dan pendapatan, budaya dan agama."
Di Aljir, pejabat Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa Kemal Dervis menyatakan lembaga itu tidak akan mengurangi jumlah petugasnya di kota itu.
Angka terkini korban tewas dari 41 orang, bertambah tiga orang, tapi sumber rumahsakit melaporkan ledakan itu menewaskan antara 62 hingga 72 orang, termasuk mahasiswa.
Karyawan Perserikatan Bangsa-Bangsa di seluruh dunia melakukan hening cipta satu menit untuk mengenang korban.
Pemimpin dunia menyampaikan kemarahan terhadap dua pemboman mobil, yang menewaskan puluhan orang di Aljir, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkan serangan tersebut tak manusiawi.
Satu ledakan merobek bagian depan kantor lembaga pengungsi badan dunia tersebut, sementara satu bom lagi di luar Mahkamah Agung Aljazair, sehingga menewaskan sejumlah mahasiswa di dalam bus, yang sedang lewat.
Pemimpin badan pengungsi badan dunia itu, Antonio Guterres, mengatakan kepada BBC News bahwa ia "tak ragu" bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa dijadikan sasaran.
Gedung Putih menyatakan Presiden dan Nyonya Bush menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dalam pemboman mengerikan itu.
Salah satu yang pertama mengecam serangan itu adalah Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Aljazair, bekas jajahan Perancis, pekan sebelumnya, demikian laporan Reuters. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007