Jakarta (ANTARA) - Direktur Program Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Roni Megawanto mengatakan sorgum lebih cocok ditanam di lahan kering sehingga dapat dijadikan sumber pangan bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Roni Megawanto di Jakarta, Senin mengatakan sejak 2014, Kehati membina masyarakat di Flores Timur untuk kembali menanam dan mengonsumsi sorgum dari pada menanam padi dengan karakteristik lahan di daerah itu yang kering.

"Setelah kami melakukan riset ternyata masyarakat Flores dulunya mengonsumsi sorgum. Sorgum juga memiliki akar budaya yang kuat bagi masyarakat di sana. Beberapa ritual, seperti ritual pelepasan arwah masih menggunakan sorgum," katanya.

Selain itu sorgum juga mempunyai kandungan nutrisi yang cukup lengkap dibandingkan dengan beras. Sorgum mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1.

Sorgum, katanya, juga kaya akan serat, antioksidan, bebas gluten, dan indeks glikemiknya lebih rendah dari pada beras sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Tak hanya itu, Roni mengatakan sorgum juga merupakan tanaman adaptif yang dapat tumbuh dengan baik dan hanya membutuhkan biaya yang rendah untuk menanamnya.

"Menanam sorgum bisa dilakukan di musim hujan, setelah itu ditinggal saja tidak perlu diberi pupuk atau pestisida. Tiga bulan kemudian petani bisa menikmati hasilnya," kata dia.

Menurut pengalaman Roni, pada awalanya mengajak masyarakat Flores Timur untuk kembali menanam sorgum cukup sulit, hanya sedikit petani yang mau menanam sorgum. Namun begitu melihat hasilnya yang baik, kini semakin banyak petani di sana yang tertarik menanam sorgum.

"Kini mereka sudah kembali makan sorgum, meski belum meninggalkan beras sepenuhnya. Hasil tanaman mereka sekitar 60 persen akan dikonsumsi sendiri, sisanya baru di jual," kata dia.

Dia mengatakan dengan semakin beranekaragamnya pangan lokal, maka akan memperkuat kedaulatan pangan nasional. (*)

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019