Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih mengungkap pola makan yang tidak teratur dan ketidaktahuan tentang makanan gizi seimbang menjadi salah satu penyebab kondisi gizi buruk yang terjadi di perkotaan.
Daeng dalam keterangannya kepada wartawan di kantor PB IDI Jakarta, Senin, menerangkan bahwa kondisi gizi buruk terbagi dua, yaitu kekurangan nutrisi dan nutrisi berlebih yang dapat menyebabkan obesitas.
Kekurangan gizi akan mengakibatkan kasus stunting, sementara obesitas akan mengarah pada kasus penyakit-penyakit tidak menular.
Daeng menyebut masyarakat yang sibuk dikarenakan suami istri bekerja sehingga menyerahkan anak pada pengasuh di rumah yang bisa berdampak pada asupan gizi anak tidak terjaga.
Sementara bagi masyarakat kalangan mampu, jika tidak memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang, terkadang tidak terarah dalam menjaga asupan makan sehingga berpotensi menyebabkan kegemukan.
“Makanan yang dikenal masyarakat kita makanan fast food, makanan impor yang gizinya tidak seimbang. Yang lebih kaya gizi, seimbang, itu makanan lokal,” jelas Daeng.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) penyakit tidak menular disebabkan oleh minimnya aktivitas fisik dan asupan makan yang tidak seimbang.
Sebanyak 55 persen dari 14,5 juta kematian di Asia Tenggara disebabkan oleh penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes, dan stroke.
Indonesia saat ini masih menghadapi beban kesehatan ganda, yaitu gizi buruk yang mengakibatkan stunting dan kegemukan yang berdampak pada penyakit tidak menular.
Daeng mengatakan dua masalah kesehatan tersebut akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia ke depan.
Baca juga: Kemenkes: persoalan gizi sulit diatasi
Baca juga: Konsumen Indonesia abaikan informasi gizi pada produk
Baca juga: Mengabaikan informasi gizi panganan, berisiko Diabetes
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019