Sigi (ANTARA) - Ribuan warga tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah kembali terisolasi akibat banjir yang menyebabkan badan jalan antara Desa Saluki dan Tuva putus total akibat diterjang banjir.
Pantauan ANTARA, Senin, badan jalan sekitar 300 meter antara dua desa di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi kembali putus total karena diterjang banjir beberapa hari lalu.
Padahal, jalur yang menghubungkan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng tersebut baru saja selesai diperbaiki Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) setelah putus total diterjang banjir bandang yang terjadi pada 28 April 2019.
Namun demikian, banjir kembali memutuskan jalur tersebut pada beberapa hari lalu dan hingga kini belum bisa dilewati kendaraan karena badan jalan sudah hanyut dibawa arus.
Akibat jalur darat putus, ratusan desa di empat kecamatan, yakni Kulawi,Kulawi Selatan, Lindu dan Pipikoro, sudah beberapa hari ini terisolir dan mulai mengalami kesulitan mendapatkan berbagai kebutuhan pokok yang selama ini didatangkan dari Palu.
Untuk sementara ini sambil menunggu jalan kembali diperbaiki, masyarakat bersama anggota TNI/Polri gotong royong membangun jalan alternatif yang bisa dilelawati kendaraan sepeda motor.
Dalam beberapa hari ini, warga dan aparat berupaya membuka akses jalan untuk bisa dilewati kendaraan sepeda motor menyusuri hutan dan kebun masyarakat.
Akses jalan alternatif yang hanya bisa dilewati kendaraan sepeda motor tersebut sudah terbuka dan bisa dilalui, meski kondisinya cukup memprihatinkan, sebab hujan deras masih saja mengguyur wilayah tersebut.
Sepeda motor terpaksa harus dibantu dorong oleh masyarakat . Kalau tidak demikian, kendaraan tidak bisa jalan karena terjebak lumpur.
Sebagian warga yang akan menuju Kota Palu dengan menggunakan angkutan pedesaan terpaksa harus melanjutkan perjalan dengan naik sepeda motor ojek sampai di seberang jalan yang putus, kemudian meneruskan perjalanan ke Palu.
Begitu pula warga yang dari arah Palu menuju Kulawi, Lindu, Pipikoro dan Kulawi Raya juga naik kendaraan sepeda motor ojek dan meneruskan perjalan dengan menggunakan kendaraan lain yang sudah menunggu di seberang jalan.
Setiap warga yang naik sepeda motor ojek dipungut biaya Rp5.000/orang. "Itu hanya sampai di seberang jalan," kata Albert, salah seorang pemilik sepeda motor ojek.
Apek, seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Lindu mengatakan pemerintah harus membuat jalan alternatif, sebab jalan yang lama dan sedang putus diterjang banjir tersebut berada di pinggiran sungai.
Setiap kali banjir besar, badan jalan putus karena air sudah tidak lagi mengalir sesuai dengan alurnya. Tetapi, kata dia, jika jalan tersebut tetap dipertahankan, maka solusinya adalah membangun tanggul/bronjong di sepanjang daerah aliran sungai di wilayah tersebut.
"Itu juga salah satu solusi untuk mengantisipasi banjir agar badan jalan tetap aman dari ancaman bencana alam dimaksud," kata dia.
Baca juga: Empat kecamatan di Sigi terisolir akibat jalan putus diterjang banjir
Baca juga: Sejumlah desa terdampak banjir-longsor di Bengkulu masih terisolir
Pewarta: Anas Masa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019