Bengkulu (ANTARA News) - Karena gempa 8,5 SR yang diprediksikan paranormal asal Brasil, Jucelino Nobrega da Luz, tak terbukti, tempat-tempat pengungsian di Kota Bengkulu kini kosong karena warga yang sebelumnya mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. ANTARA News melaporkan dari Bengkulu , Senin, bahwa dari 13 titik pengungsian yang disediakan pemerintah Kota Bengkulu, kini tidak ada satu pun yang dihuni warga. Padahal pada Sabtu malam (22/12), cukup banyak warga menempati lokasi yang telah dinyatakan aman dari tsunami itu, terutama di terminal Air Sebakul dan tearminal Betungan serta lapangan bola Kemuning. Menurut Walikota Bengkulu Ahmad Kanedi, sekitar 50 ribu warganya mengungsi pada 22 Desember itu karena takut terjadi gempa berkekuatan 8,5 yang disertai tsunami pada 23 Desember, seperti yang diprediksikan Jucelino. Bahkan di lapangan bola Kemuning, hingga Minggu malam masih dihuni sekitar tujuh keluarga, namun kini tampak kosong, yang tersisa hanya tiga unit tenda pleton yang dipasang oleh pemerintah Kota Bengkulu dan beberapa petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bengkulu. "Tadi pagi sekitar pukul 07.00 WIB, seluruhnya telah meninggalkan tenda dan kembali ke rumahnya," kata salah seorang petugas Satpol PP, yang tak bersedia disebut indentitasnya, yang berjaga di lapangan bola Kemuning. Sementara di tempat-tempat keramaian seperti pasar tradisional, kawasan pertokoan dan kawasan wisata pantai di Kota Bengkulu kini kembali normal. Di Pasar Panarama, misalnya sebagian besar pedagang telah membuka toko atau auningnya. Beberapa toko atau auning tutup karena pemiliknya akan merayakan Natal atau pulang kampung untuk liburan. "Kemarin saya memang tak jualan karena ada isu akan terjadi gempa, jadi memilih kumpul dengan keluarga," kata Rukmi (37), penjual daging di Pasar Panorama. Ia juga menjelaskan, pembeli cukup banyak. Hingga pukul 15.00 WIB, telah terjual sekitar 50 Kg. Harga masih normal yakni berkisar Rp55-Rp60 ribu/Kg. Ibu tiga anak itu, mengaku seharian kemarin berada di rumah berkumpul bersama anak dan suaminya. Warga JL Muhajirian, Kelurahan Panorama, itu tidak mengungsi karena tempat tinggalnya cukup tinggi, dan masuk dalam zona aman tsunami. Hal senada dikemukakan, Yuniarsnih (28), pedagang sayur-mayur itu mengaku, kembali berjualan setelah kamarin menutup kiosnya. "Sebenarnya sejak awal saya tidak percaya dengan ramalan itu, namun kemarin memang tutup karena kalaupun berjualan, pasti pembelinya juga sepi," ujar warga Jl, Nangka, Kelurahan Panorama itu. Toko-toko di JL Suprapto, juga sebagian buka. Beberapa yang tutup karena pemiliknya kaum nasrani, yang sengaja menghentikan aktivitas usahanya guna merayakan Natal. Di kawasan wisata Pantai Pantai da Pantai Tapak Padri, telihat cukup banyak pengunjung. Di kawasan Pantai Panjang, para pengunjung terlihat asyik bermain air laut ditepi pantai. Tak terlihat ketakutan di wajah mereka.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007