Kami membangun sinergi dengan para pelaku usaha peternakan ini bertujuan untuk menekan harga pangan..

Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menggandeng para peternak dalam penyediaan pangan asal hewan menjelang Idul Fitri 1440 Hijriyah yang tinggal dua pekan lagi agar harganya bisa ditekan dan tidak terjadi lonjakan.

"Kami membangun sinergi dengan para pelaku usaha peternakan ini bertujuan untuk menekan harga pangan asal hewan yang biasanya mendekati lebaran permintaan meningkat sehingga bisa memicu kenaikan harga," kata Bupati Sukabumi Marwan Hamami di Sukabumi, Senin.

Dengan mempererat silaturahmi dengan pelaku usaha peternakan untuk menguatkan kebersamaan sehingga regulasi yang diambil pemerintah menjadi kebijakan yang prorakyat sekaligus menguntungkan para pengusaha.

Seperti pada Ramadhan ini, pihaknya menggelar pasar murah di beberapa lokasi dengan menggandeng peternak sehingga bisa menekan kenaikan harga. Sehingga diharapkan pelaku usaha peternakan juga bisa memberikan konstribusi bagi masyarakat Kabupaten Sukabumi.

Sementara, Kadis Peternakan Iwan Kartiwan mengatakan pengendalian dan pemantauan ketersedianan pangan asal ternak terus dilakukan seperti produksi daging unggas sebanyak 5.078 ton yang 25 persennya terserap di Kabupaten Sukabumi sementara 75 persen dijual keluar wilayah.

Selain itu, pihaknya juga menjamim ketersediaan daging sapi dan ayam serta telor untuk kebutuhan masyarakat mencukupi, bahkan peternak pun meyakini menjelang lebaran persediaan pangan asal hewan mencukupi serta diimbau untu ikut menekan harga di pasaran sehingga terjangkau.

"Hingga saat ini harga daging sapi, ayam dan lainnya masih normal walaupun ada flutuasi harga tetapi masih dalam ambang batas kewajaran, selain harga persediaan pun mencukupi," tambahnya,

Iwa mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir apalagi sampai melakukan aksi borong barang yang bisa memicu naikanya harga dan persediaan berkurang. Selain itu, konsumen yang membeli pangan asal hewan agar teliti seperti melihat kondisi daging dan mencium aromanya.

Jilga warna dan kontur daging berubah serta mengeluar aroma tidak sedap agar tidak dibeli karena daging itu sudah rusak, serta tidak tergoda dengan harga pangan asal hewan yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga pasaran.

Baca juga: Legislator minta pemda pantau pergerakan harga komoditas pangan
Baca juga: Pedagang pangan nakal perlu ditindak tegas pemerintah

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019