Kudus (ANTARA News) - Jebolnya salah satu pintu Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus, Jumat (21/12), mengakibatkan sekira 346 hektare sawah yang sudah tertanami padi di kawasan itu kebanjiran.
Ketinggian genangan di areal persawahan yang sudah ditanami padi mencapai 1,5 meter, sedangkan usia tanaman padi diperkirakan antara 15 hingga 30 hari.
Menurut Koordinator Pengendali Banjir dan Kekeringan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah Serang, Lusi, Juwana (Seluna), Hadi Paryanto, di Kudus, Minggu, genangan air pada lahan sawah sebanyak 346 hektare tersebut meliputi Desa Berugenjang, Wonosoco, Lembangan, dan Kutuk.
Ia membenarkan bahwa ketinggian genangan air di area persawahan tersebut berkisar antara setengah meter hingga satu setengah meter.
Menurut dia, sumber genangan berasal dari limpasan air sungai Juwana satu (JU1) dan JU2 ke lahan pertanian padi di keempat desa tersebut.
"Karena tidak mampu menahan debit air yang begitu besar dari Sungai Serang melalui BPBWL, akhirnya melimpas ke jaringan irigasi," katanya.
Dijelaskannya, pada saat pintu air Wilalung nomor delapan jebol, debit jaringan Klambu yang menuju sungai Serang mencapai 684 kubik per detik, sedangkan kapasitas air sungai Serang mencapai 350 meter kubik per detik.
"Saat ini, debit air jaringan Klambu turun hingga mencapai level 459 kubik per detik," katanya.
Untuk menyelamatkan ratusan hektare dari genangan air, maka pihaknya sudah berupaya membuat penahan "stop lock" pada pintu air yang mengarah ke Sungai Juwana.
"Sejumlah pekerja dan sebiah eskavator sudah mulai didatangkan, bahkan pekerja sudah mulai mengangkat "stop lock" ke dekat BPBWL," katanya.
Upaya pemasangan "stop lock" sangat tergantung dari debit yang ada. "Kita baru dapat memasang stop lock bila debit mencapai 150 kubik per detik," katanya.
Terkait dengan jumlah kerugian petani karena tanaman padi terendam air, Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kudus, Hadi Sucahyono, memperkirakan kerugiannya mencapai Rp4 miliar.
Pasalnya, ratusan hektare tanaman padi sudah berusia antara 15 hingga 30 hari. "Jika dalam waktu tujuh hari tidak surut, maka tanaman padi di kawasan tersebut akan mati," katanya.
Belum lagi, bila perbaikan pada pintu yang jebol tidak dapat diperbaiki. Jika tidak segera direalisasikan, maka perkiraan kerugian akan semakin membengkak.
Mengingat, ancaman genangan pada area pertanian bisa meluas hingga 15.000 hektare. "Bila hal itu terjadi, kerugian dapat mencapai ratusan miliar," katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007