Cirebon (ANTARA News) - Mesjid Al Istiqomah milik jemaah Ahmadiyah di Desa Cadasari, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Sabtu (22/12) malam sekitar pukul 23.30 WIB dirusak sekelompok orang bercadar. Akibat aksi itu seluruh kaca mesjid berlantai dua hancur berantakan dan sebagian genteng juga pecah diduga terkena lemparan batu, dinding triplek pembatas ruang kelas di lantai bawah juga dibakar, sementara seluruh rak buku porakporanda. Namun, jemaah Ahmadyah yang mendengar keributan kemudian berdatangan sehingga kebakaran tidak meluas. Menurut Iyong, salah satu warga setempat, pelaku perusakan itu diperkirakan berjumlah 50 orang dan melakukan penyerangan secara cepat atau sekira 10 menit dan melarikan diri ke kegelapan malam. "Semua jemaah sedang tertidur dan tersentak ketika mendengar ada suara kaca pecah berantakan. Begitu kami datang, mereka sudah menghilang. Kami segera memadamkan api yang membakar dinding triplek," katanya Minggu. Perusakan itu diduga merupakan imbas dari aksi bentrokan jemaah Ahmadyah di Desa Manis Lor, Jalaksana, Kabupaten Kuningan dengan warga masyarakat sekitarnya beberapa hari yang lalu dimana ada empat warga non-Ahmadyah yang terluka. Menurut Jafar Rahmat, mualim Ahmadiyah setempat, kemungkinan perusakan dilakukan orang luar karena selama ini hubungan antara warga Ahmadiyah dan warga sekitarnya berjalan baik. "Selama ini tidak ada ancaman dari masyarakat sini, namun tiba-tiba saja ada sekelompok orang yang merusak masjid," katanya. Camat Argapura, Koman Surahman, juga mengaku selama ini tidak ada masalah antara warga setempat dan Ahmadiyah sehingga dirinya kaget dengan adanya pembakaran mesjid. "Mungkin karena imbas serangan kepada Ahmadyah di tempat lain akhirnya yang di sini juga menjadi sasaran," katanya. Sejumlah anggota dari Polres Majalengka masih berjaga-jaga di Desa Cadasari, untuk mencegah kemungkinan terjadinya aksi lanjutan. Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mizan, KH Maman Imanulhaq, yang berada di lokasi kejadian mengatakan, aksi perusakan itu sangat menganggu kerukunan antar-umat beragama dan bisa memicu terjadinya aksi serupa di tempat lain. "Saya melihat ini dilakukan oleh kelompok yang tidak jelas dan kecewa, akhirnya kelompok minoritaslah menjadi korban. Ini juga karena belum ada ketegasan dari Pemerintah Pusat," kata KH Maman Imanulhaq, yang juga anggota Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB). Ia meminta kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk melakukan langkah-langkah konkret menyikapi maraknya penyerangan umat agama oleh umat yang lain hanya karena perbedaan keyakinan. "Kita perlu menjaga konstitusi, dan ke depan berharap tidak boleh ada lagi yang dirusak meski keyakinan berbeda," katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007