Tashkent (ANTARA News)- Rakyat Uzbekistan, Minggu, mulai memberikan suara mereka untuk memilih presiden baru yang diperkirakan secara luas akan memperpanjang kekuasaan 18 tahun Presiden Islam Karimov dan dikecam oleh oposisi dan para aktivis hak asasi manusia sebagai pertarungan satu orang gaya Sovyet. Uzbekistan yang mayoritas beragama Islam dan berbatasan dengan Afghanistan serta memiliki cadangan gas dan minyak yang besar, merupakan pusat pergolakan kekuatan geopolitik antara antara Barat dan Rusia, yang menganggap negara Asia Tengah itu sebagai lingkungan kepentingan tradisionalnya. Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional menuduh Karimov, yang berkuasa sejak 1989, melanggar kebebasan-kebebasan dasar. Pemerintah bekas Partai Komunis itu dikecam di Barat tahun 2005 ketika pasukan negara itu menembaki unjukrasa di kota Andizhan. Kecaman publik terhadap Karimov, yang memiliki kekuasaan luas, merupakan hal yang dilarang di Uzbekistan, sehingga para pemilih umumnya segan berbicara tentang pandangan mereka ketika pemungutan suara dimulai pukul 06:00 waktu setempat (09:00 WIB). Di bagian kota lama Tashkent, jalan-jalan yang diguyur hujan di mana terletak rumah-rumah, masjid-masjid dan toko-toko , para pemilih baru akan hadir setelah shalat dzuhur. "Saya memilih presiden yang masih berkuasa," kata Pakhadyr Ismanbekov, pria berusia 50 tahunan, kepada Reuters. Karimov menghadapi tiga kandidat lainnya yang menurut pengamat bertujuan untuk memberikan pemilu itu sebagai sama dengan pemungutan suara yang demokratis. Tidak ada partai-partai politik oposisi yang terdaftar di Uzbekistan dan sebagian besar pemimpin oposisi tinggal di pengasingan luar negeri. Sejumlsh kecil dari mereka masih berada di Uzbekistan, yang juga produser emas 10 penting dunia dan ekportir katun nomor dua, mengeluhkan tentang kecurangan. "Dalam keadaan seoerti itu haruskah orang menyetujui pemilu ini sebagai sah," kata Nigara Khidoyatova, pemimpin oposisi dari partai Ozod Dekkhkonlar yang tidak terdaftar sebelum pemilu itu. "Kami tinggal di rezim yang jelek dan tidak bermoral yang tidak mengakui nilai-nilai kemanusiaan. Dan unsur utama ini adalah kebohongan dan kepalsuan. Pemilu ... hanyalah satu pameran untuk negara-negara Barat." Badan pemantauan pemilihan Organisasi bagi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE)_ telah mengirim satu missi kecil ke Tashkent untuk mengawasi pemungutan suara itu. Organisasi itu mengecam Uzbekistan bulan ini karena menekan suara-suara oposisi menjelang pemungutan suara itu. Para saksimata mengatakan ratusan orang tewas dalam iinsiden tahun 2005 di Andizhan. Pemerintah menyebut jumlah korban tewas 187 orang, dan mengatakan sebagian besar korban adalah teroris atau pasukan ekamanan. Washington bersama masyarakat internasional mengecam tindakan itu, yang mendorong Uzbekistan, sebelumnya adalah sekutu Washington dalam perang terhadap terorisme -- mengusir pasukan AS dari sebuah pangkalan udara. Karimov, yang meraih kemenangan dalam pemilu 2003 dengan 92 persen suara, berikrar akan melakukan pemilihan yang transparan dan lebih demokratis jika terpilih kembali. Para calon lainnya adalah Dilorom Tashmukhamedova dari partyai Adolat, Asliddin Rustamov dari Partai Demokratik Rakyat dan Akmal Saidvov, seorang anggota parlemen. Kehadiran para pemilih lebih dari 33 persen untuk pemungutan suara itu adalah sah. Hasil awal diperkirakan akan bisa diketahui, Senin.
Copyright © ANTARA 2007