Jeddah (ANTARA News) - Menteri Agama (Menag) sekaligus Amrul Hajj tahun ini, Muhammad Maftuh Basyuni, akhirnya buka rahasia mengapa dirinya sampai mencukur gundul kepalanya setelah beberapa hari usai melaksanakan lontar jumrah. Ternyata, ia membayar nazarnya. Berhari-hari, kata Maftuh di Jeddah, Sabtu, dirinya merasa deg-degan. Terlebih lagi, menurut dia, pada saat mendekati pelaksanaan wukuf, puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Sebelumnya, banyak pihak mengatakan bahwa pelaksanaan ibadah haji Indonesia akan berantakan, disusul dengan kegagalan katering, seperti dialami pada musim haji tahun lalu. Tetapi, semua itu dapat dilalui dan berbagai pihak mengucapkan selamat kepadanya, ungkap Maftuh Bsyuni dalam acara dialog interaktif dengan Radio Republik Indonesia (RRI) yang digelar di Konsulat jenderal (Konjen) RI Jeddah. Acara itu dipandu Direktur Utama (Dirut) RRI, Parni Hadi. Hadir dalam kesempatan itu Dirjen Haji, Slamet Riyanto, Konjen RI Jeddah, Gatot Mansyur, Wakil Amirul Hajj yang juga Pemimpin Ponsok Pesantren Modern Gontor Ponorogo-Jawa Timur (Jatim), KH Abd. Syukri Zarkasyi, Ketua Teknis Urusan Haji, Nur Samad Kamba, dan pimpinan pondok pesantren Assyafiiyah, Hj. Tuty Alawiyah. "Dalam hati saya, milik yang paling berharga, mahkota, harus saya korbankan untuk itu semua," kata Maftuh Basyuni, tentang niat membayar nazar dengan cara menggunduli kepalanya. Ia mengakui, harus melepas kebanggaan, yaitu mahkota yang ada di kepalanya, sebab pelaksanaan ibadah haji 1428 H berlangsung sukses meski masih banyak yang harus dibenahi guna meningkatkan pelayanan kepada jemaah di masa datang. Namun, ia menilai, sukses pelaksanaan haji dengan cara membayar nazar melalui cara melepaskan mahkota (rambut) di kepala yang menjadi kebanggaan itu bukanlah segalanya, karena keberhasilan tersebut semata-mata karena kerja keras semua pihak. Seentara itu, Abd. Syukri Zarkasyi mengatakan bahwa dirinya kini merasa lega. "Plong, karena semua pihak bekerja optimal," katanya. Kendati begitu, ia mengingatkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk perbaikan musim haji mendatang. Cara pendistribusian katering harus ditingkatkan lagi, dan menurut dia, jangan sampai ada jemaah merasa diperlakukan tak manusiawi lantaran harus antri ketika mengambil makanan. Demikian juga soal transportasi, dinilainya, harus ada koordinasi dengan manajemen dan kerja sama yang lebih bagus dengan pemerintah setempat. Ia mengusulkan, di masa datang perlu ada pusat komando bagi pengendalian operasi haji. Hanya dengan cara itu, lalu lintas informasi mudah dikontrol dan tak menimbulkan mis-komunikasi, seperti adanya layanan pesan singkat (Short Message Service/SMS) liar yang mengatasnamakan dari tokoh masyarakat atau kyai. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007