Ini semua supaya masyarakat di daerah-daerah tersebut yang (pelaku usaha) mikro dan kecil punya tempat untuk berjualan, serta masyarakat pengguna jalan tol Trans Jawa mulai mengenal produk-produk unggulan daerah-daerah tersebut.

Solo (ANTARA) - Tol Trans Jawa kehadirannya banyak dinanti masyarakat untuk mengurangi waktu tempuh dalam melintasi Pulau Jawa. Dengan beroperasinya tol Trans Jawa, maka waktu tempuh bisa menghemat sampai 50 persen.

Tetapi ada dampak yang sempat timbul di kalangan pegiat ekonomi kecil, yaitu turunnya omset dari para penjual mikro kecil dan menengah (UMKM) di sepanjang jalur Pantura.

Tim Antara menyusuri di dua jalur utama menyusuri tol Trans Jawa dan jalur Pantura untuk melihat perubahan pola ekonomi yang muncul akibat adanya tol trans Jawa.

Bagai pisau bermata dua, benar saja sejumlah penjual makanan di sekitar CIrebon hingga Brebes jalur Pantura mengaku omsetnya turun semenjak adanya jalur tol trans Jawa.

“Kalau musim mudik biasanya bisa habis jelang waktu buka puasa, tetapi sekarang yang sampai malam juga masih tersisa,” kata Asep, salah satu penjual minuman di jalur arteri Pantura.

Namun, dalam membangun tol trans Jawa, nampaknya pemerintah sebelumnya juga pernah menjanjikan bahwa rest area tol trans Jawa akan dipenuhi produk unggulan lokal setempat, dan tidak memberi kesempatan kepada pemain besar makanan cepat saji yang sudah memiliki nama besar secara internasional.

Salah satu gerai UMKM Produk Lokal di rest area Tol Trans Jawa (Hafidz Mubarak)

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengungkapkan, kehadiran Tol Trans Jawa yang diresmikan Presiden Joko Widodo dapat membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sekaligus mengenalkan produk unggulan lokal.

"Yang paling saya utamakan juga adalah kita memiliki program seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo bahwa dengan (hadirnya) jalan tol ini jangan sampai usaha mikro, kecil tidak ada kesempatan," kata Rini.

Dia menjelaskan bahwa rest area atau tempat beristirahat yang sedang dibangun diharapkan dapat membantu pelaku UMKM di daerah-daerah yang dilalui Tol Trans Jawa.

"Ini semua supaya masyarakat di daerah-daerah tersebut yang (pelaku usaha) mikro dan kecil punya tempat untuk berjualan, serta masyarakat pengguna jalan tol Trans Jawa mulai mengenal produk-produk unggulan daerah-daerah tersebut," kata Menteri BUMN.

Presiden Joko Widodo juga menekankan bahwa rest area di sepanjang jalur tol Trans Jawa digunakan untuk para pelaku UMKM yang merupakan unggulan daerah-daerah yang dilalui oleh jalur tol tersebut.

"Ini sudah konsep sejak awal dibangunnya tol ini. Saya sudah sampaikan kepada Menteri BUMN, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, arahnya adalah rest area digunakan untuk usaha-usaha mikro, kecil dan menengah yang merupakan unggulan daerah tersebut," kata Presiden usai meresmikan tol Trans Jawa.

Menurut data yang dilansir dari Jasa Marga, total panjang dari tujuh ruas tol Trans-Jawa tersebut memiliki panjang sekitar 199,55 kilometer.

Jalan Tol Trans Jawa tersebut menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dan memiliki total panjang keseluruhan sekitar 760 kilometer.


Gerai UMKM
Berdasarkan pantauan Antara selama perjalanan, memang tidak terdapat nama-nama besar gerai makanan cepat saji di sekitar rest area. Bahkan, Beberapa rest area sengaja menyediakan khusus tempat untuk menghadirkan gerai UMKM lokal dari binaan perusahaan BUMN.

Salah satu gerai UMKM di rest area Tol Trans Jawa (Hafidz Mubarak)

Seperti yang terjadi di rest area KM 260B, di mana rest area bekas pabrik gula tersebut memiliki tempat yang unik dan luas, sebab masih berbentuk pabrik gula.

Di dalamnya terdapat lebih dari 20 gerai penjual makanan-minuman hingga kerajinan tangan dari binaan BUMN. Contohnya Wijaya, salah satu UMKM binaan dari Bank BNI, ia menjual sejumlah makanan khas Brebes yaitu telur asin dan beberapa perlengkapan minum teh dari tanah liat khas Tegal, atau biasa disebut teh Poci.

“Awalnya memang berjualan di Pantura mas, tapi ada bantuan dari bank BNI untuk dapat membuka gerai di rest area, ya saya terima dan cukup ramai kalau menjelang lebaran,” katanya.

Ia menjual seperangkat perlengkapan minum teh dari tanah liat dengan harga Rp100 ribu per paket. Harga tersebut tidak jauh berbeda dari harga yang biasa ditawarkan langsung di pinggir jalan tepi Pantura.

Lain tempat lagi di ruas Pejagan-Pemalang, di mana rest area tersebut banyak penjual makanan hingga kerajinan tangan khas wilayah Pemalang hingga Kudus.

Salah satu titik gerai bahkan diisi oleh semua UMKM binaan dari BRI. Hampir ada sekitar 20 gerai makanan didukung oleh bank BUMN tersebut, mulai dari berjualan kopi hingga soto kali, soto kudus dan gado-gado.

Pembayaran juga bisa dilakukan tunai maupun melalui debit, jika tidak membawa uang tunai.

Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019