Jakarta (ANTARA News) - Kinerja perkeretaapian nasional pada tahun ini pada sisi operasional dan orientasi manajemennya dinilai makin menurun ketimbang tahun sebelumnya. "Trennya menurun. Tingkat keselamatan makin parah, hampir setiap pekan selalu ada kejadian. Regulatornya juga tetap memble," kata Direktur Eksekutif Indonesian Railway Watch (IRW), Taufik Hidayat saat dihubungi di Jakarta, Sabtu. Taufik menegaskan hal itu terkait dengan evaluasi akhir tahun kinerja perkeretaapian 2007 dan prospeknya tahun depan. Menurut Taufik, pergantian sejumlah pejabat tahun ini mulai dari Menteri Perhubungan hingga Dirjen Perkeretaapian tak berpengaruh, khususnya terhadap peningkatan kinerja, khususnya tingkat keselamatan. Data IRW menunjukkan hingga Oktober tahun ini, telah terjadi 119 kecelakaan Kereta Api (KA) tercatat 119 kali dengan rincian tabrakan antar KA sebanyak dua kali, dengan kendaraan 10 kali, anjlok/terguling 94 kali, akibat longsor tiga kali, lain-lain 10 kali. "Dengan demikian per bulan rata-rata ada kecelakaan 11,9 kali," katanya. Data Departemen Perhubungan (Dephub) justru lebih besar yakni 128 kali kecelakaan KA hingga Oktober 2007 dengan rincian, antar KA tiga kali, KA dengan kendaraan bermotor 14 kali, anjlog/terguling 89/7 kali, banjir-longsor tiga kali dan lain-lain 12 kali. Tahun sebelumnya, data Dephub hanya 116 kejadian kecelakaan KA atau ada peningkatan yang lumayan signifikan pada tahun ini. "Saya juga menyesalkan penunjukan Dirjen Perkeretaapian Wendy Aritenang, pengganti Soemino yang tidak memiliki latar belakang di bidang perkeretaapian dan tak memiliki rekam jejak dalam komando lapangan," katanya. Padahal, kataanya, kepemimpinan perkeretaapian sangat membutuhkan sikap tegas dan menguasai medan karena permasalahannya sudah sangat kompleks. "Karena itu butuh penanganan segera, bukan lagi waktu habis untuk mempelajari keadaan," kata Taufik yang juga peneliti perkeretaapian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini.Taufik menilai wajar jika sampai saat ini belum tampak konsep kebijakan pada sisi regulator guna mencegah dan menurunkan frekuensi kecelakaan KA. "Regulator masih memble dan orientasinya masih berorientasi proyek ketimbang membenahi framework institusional, regulasi teknis (keselamatan, kelaikan, standardisasi,dll) dan regulasi ekonomi (kompetisi, keterlibatan pemda & swasta, kebijakan tarif, dll)," katanya. Sementara, tambahnya, orientasi PT KA juga masih menekankan pada pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam bentuk subsidi operasi (PSO) yang mencapai Rp 450 miliar. "Inovasi-inovasi komersial sangat miskin. Direksi PT KA tampak kewalahan menghadapi kompleksnya persoalan. Mereka seperti gamang, seperti tidak tahu apa yang harus dilakukan," katanya. Kementerian BUMN, tambahnya, sudah saatnya mengevaluasi kinerja Direksi PT KA. "Soal peluang bangkit pada 2008, masih terbuka. Semuanya berpulang kepada itikad baik dan komitmen Pemerintah, Penyelenggara, dan masyarakat," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007