Kudus (ANTARA News) - Jebolnya salah satu pintu air Wilalung sebagai pengendali banjir di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus, Jumat pagi (21/12), dapat mengancam sekitar 15 ribu hektare (Ha) sawah di Kabupaten Kudus dan Pati terendam air. Selama ini, sembilan pintu air di Wilalung mengarah ke sungai Juwana yang berfungsi normal hanya satu pintu, yakni pintu nomor enam, selebihnya dimatikan dan hanya difungsikan sebagai pelimpas air menuju sungai Juwana. Sedangkan dua pintu tambahan yang terpisah difungsikan untuk mengalirkan air ke sungai Wulan. Hanya saja, usia pintu air wilaung yang sudah tua karena dibangun sejak tahun 1825, yang berada di hulu Sungai Juwana dan Sungai Wulan, tidak mampu menahan debit air dari sungai Serang yang mencapai 492 meter kubik. Menurut Koordinator Pengendali Banjir dan Kekeringan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah Serang, Lusi, Juwana (Seluna), Hadi Paryanto, di Kudus, Jumat, pintu tersebut jebol diperkirakan pukul 05.30 WIB, pada saat kapasitas air sungai Serang meningkat menjadi 350 meter kubik/detik setelah terjadi hujan di kawasan aliran sungai Serang. "Jika sodetan (spill way) sungai Serang sepanjang 500 meter dapat berfungsi normal, tentu beban pintu air Wilalung tidak akan melebihi target sebesar 350 meter kubik," katanya. Untuk itu, sodetan tersebut perlu dilakukan renovasi secepatnya. Pasalnya, kondisi demikian dapat mengancam kawasan pertanian di wilayah Kudus dan Pati yang diperkirakan mencapai 15 ribu hektare dengan usia tanam padi yang berkisar antara 15-40 hari. "Luas tersebut bisa bertambah mengingat kawasan pemukiman dan tambak di Pati belum dihitung," katanya. Ditambahkannya, ribuan ha lahan pertanian di dua kabupaten tersebut tetap aman jika debit air sungai Serang dapat turun dan tidak terjadi hujan lagi. "Jika hujan tetap turun, maka sekitar 15 ribu hektare sawah di Kudus dan Pati akan tergenang," katanya. Sementara itu, Koordinator Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Sistem Kedung Ombo, Kaspono, mengungkapkan, jebolnya pintu Wilalung tersebut karena kesalahan dalam perencanaan. "Desain pembangunan mengikuti alokasi dana, akibatnya jumlah dana yang kurang memadai tidak mampu menghasilkan sesuatu yang lebih berkualitas," katanya. Di samping itu, sodetan sungai Serang juga tidak ada perhatian dari pihak terkait, meski terjadi pendangkalan sejak lama. Akibatnya, beban air dari sungai Serang dipusatkan di pintu air Wilalung dengan kapasitas air maksimal hanya 720 meter kubik. "Hanya saja, belum sampai pada kapasitas maksimal salah satu pintu sudah jebol," katanya. Ia memperkirakan, daerah yang dimungkinkan terkena dampak banjir yakni, Kecamatan Undaan, Jekulo, dan wilayah di sepanjang daerah aliran sungai Juwana. "Terlebih, jika sungai Juwana terbebani air dari sungai Piji, Dawe, Logung, dan Londo, maka pemukiman penduduk dipastikan akan ikut terendam air," katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007