Bengkulu (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu siaga penuh untuk menghadapi gempa dan tsunami pada 23 Desember 2007, sebagaimana yang diprediksikan ilmuwan Brasil, Jucelino Nobrega da Luz, yang memperkirakan pada saat itu akan terjadi gempa berkekuatan 8,5 SR yang diikuti tsunami.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Kota Bengkulu, Syafran Djunaidi, pada Jumat mengatakan bahwa Pemkot Bengkulu sudah menyiapkan 40 unit tenda peleton ukuran 22 x 6 meter untuk dipasang pada 11 Titik Berkumpul (TB).
"Untuk antisipasi kalau gempa dan tsunami itu benar-benar terjadi, seluruh tenda itu akan kita pasang besok (22/12) di setiap TB," katanya.
Menurut Syafran, di setiap TB akan dipasang empat tenda. Untuk satu tenda pleton mampu menampung 30 hingga 40 pengungsi.
Syafran mengatakan, jika memakai tempat tidur barak milik TNI, maka hanya dapat menampung 30 pengunsi, tapi jika beralas tikar, maka mampu menampung 40 pengunsi.
Selain disediakan tenda, setiap TB juga akan dilengkapi genset, karena biasanya setelah terjadi gempa listrik mati, dapur umum serta kendaraan operasional.
"Kita menyediakan kendaraan operasional di setiap TB, untuk mengevakuasi warga yang berada di dekat garis pantai jika gempa tersebut benar-benar terjadi," katanya.
Namun, Syafran membantah berbagai persiapan itu terkait isu yang disampaikan Jucelino, meski persiapannya dilakukan menjelang tanggal 23 Desember 2007.
Persiapan tenda dan perlengkapan lain pada TB, menurut dia lebih kepada respon terhadap keresahan masyarakat yang ingin mengungsi karena terus dihinggapi rasa takut.
"Sekalipun tidak dipastikan akan terjadi gempa besar pada 23 Desember, Pemkot Bengkulu tetap melakukan antisipasi dengan menyiapkan 11 titik pengungsian atau tempat berkumpul bagi warga," ujarnya.
Menurut dia, saat ini Pemkot sudah menetapkan 11 titik berkumpul diantaranya kampus Universitas Bengkulu, gedung daerah (rumah dinas gubernur), serta beberapa tempat tinggi yang diperkirakan aman dari tsunami.
Walaupun isu itu cukup santer dan kini menjadi pembicaraan warga, Syafran berharap gempa itu tidak terjadi, apalagi hingga kini belum ada teknologi yang bisa memastikan waktu terjadinya gempa.
"Semuanya kita serahkan kepada Allah SWT, karena Dia lah yang maha tahu," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007