Bagdad (ANTARA News) - Seorang tentara Amerika Serikat tewas dalam serangan jibaku di propinsi Diyala, Irak, kata tentara negara adidaya itu di Irak hari Jumat. Satu jurubahasa Irak dan 10 orang lain luka akibat serangan tersebut, yang terjadi Kamis, tambah pernyataan tersebut. Menurut pernyataan itu, lima warga tewas akibat serangan tersebut. Laporan awal menyatakan 13 relawan Irak, termasuk seorang pemimpin, tewas dan delapan orang lain luka akibat pembom jibaku meledakkan diri dengan sasaran pusat relawan terkait dengan panitia umum setempat di Baquba. Panitia umum dibentuk warga suku setempat, yang rela membantu polisi dan tentara menerapkan keamanan dan menumpas pejuang dari jaringan Alqaida dan lain-lain. Baquba, ibukota Diyala, sekitar 60 kilometer tenggara Bagdad, merupakan titik panas pemberontakan kelompok pejuang Irak dukungan Alqaida. Serangan besar-besaran ditingkatkan pasukan Amerika Serikat dan Irak menghalau pejuang ke desa terdekat dan wilayah pedalaman sekitarnya pada Juni. Satu tentara Amerika Serikat pada tengah Desember tewas dalam bakutembak di selatan ibukota Irak, Bagdad, kata pengumuman tentara. Pernyataan pasukan asing, yang dikuasai Amerika Serikat, mengatakan bahwa tentara itu ditembak mati dalam bakutembak pada Kamis. Pengumuman tersebut tidak memberi rincian. Sebelumnya, satu tentara Amerika Serikat tewas akibat cedera sesudah pembom jibaku meledakkan mobilnya di dekat iringan tentara di propinsi Salaheddin, utara Bagdad, kata komando Amerika Serikat di Irak. Dua tentara lain terluka dalam ledakan Senin itu. Satu serangan sekelompok orang dikenal di propinsi Salaheddin awal Desember menewaskan dua tentara Amerika Serikat dan melukai dua orang lain, kata tentara Amerika Serikat. Kedua tentara tersebut tewas akibat pendarahan luka tembak dari serangan sekelompok orang itu, yang menggunakan bahan peledak dan senjata api ringan ketika tentara negara adidaya tersebut meronda di propinsi bagian utara Irak itu. Dua tentara lain Amerika Serikat cedera. Para Korban tewas dalam pertempuran saat pasukan Amerika Serikat meningkatkan pengiriman pasukannya keluar dari pangkalan dan meronda ke jalan di Bagdad serta kota di sekitarnya guna menghentikan kekerasan antarsuku, yang terus berlangsung. Namun, tentara Amerika Serikat terus meningkatkan keberadaannya dan berubah haluan di propinsi Anbar, yang berpenduduk sebagian besar Sunni, untuk meredakan kekerasan dalam beberapa bulan terahir. Meski demikian, sejumlah pejabat Amerika Serikat dan Irak menyatakan tingkat kekerasan turun secara berarti di Irak sejak penambahan pasukan Amerika Serikat seperti diperintahkan Presiden George W Bush pada Februari. Kepercayaan masyarakat pada kebijakan luar negeri pemerintah Amerika Serikat menurun dan sekitar separuh dari rakyat negara itu meragukan pemerintah mereka mengatakan kebenaran mengenai perang di Irak dan Afganistan, kata jajak pendapat ahir Oktober. Survai itu memperlihatkan masyarakat kehilangan kepercayaan pada upaya pemerintah Amerika Serikat di luar negeri dan merasa skeptis bahwa banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedudukan negara adidaya tersebut di dunia. Ketika ditanya apakah pemerintah jujur mengenai perang di Irak, 52 persen petanggap mengatakan "sama sekali tidak" atau "sangat tidak" jujur, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007