Surabaya (ANTARA News) - Syariat (hukum) Islam atau kerukunan umat beragama sudah terlalu banyak muncul dalam bentuk yang formal dan dikumandangkan dalam orasi-orasi. Tapi, di Gereja St Aloysius Gonzaga (Algonz) Jl Raya Satelit Indah, Surabaya, kerukunan mengejawantah dalam wujud sesungguhnya. Buktinya Idul Adha, ritus tahunan muslim sedunia, ada di gereja yang menjadi pusat dan sekretariat dari Forum Komunikasi Masyarakat Pelangi (FKMP) Surabaya itu. "Tuhan itu tak melihat perbuatan kita, tapi Tuhan melihat hati kita. Tuhan itu tak melihat tampilan kita, apakah sungguh-sungguh atau pura-pura, tapi Tuhan melihat hati kita," kata ketua Panitia Natal Gereja Algonz, Willy. Ungkapan Willy itu terlihat begitu nyata dalam kegiatan Panitia Natal Gereja yang juga memotong hewan kurban di halaman belakang gereja Katolik itu untuk menyemarakkan Idul Adha 1428 H (20/12/2007). "Kami memotong dua ekor sapi untuk dibagikan kepada 600 warga kurang mampu di sekitar gereja," kata ketua Panitia Kurban Gereja Algonz, Miskan, yang juga anggota FKMP dari unsur Islam itu. Menurut dia, jumlah itu lebih sedikit dibanding tahun lalu yang mencapai 1.200 paket, karena tahun lalu memotong tiga ekor sapi, sedangkan tahun ini hanya mampu memotong dua ekor sapi. "Setiap paket berisi 0,75 kilogram daging sapi yang dibagi-bagikan melalui kupon yang sudah didistribusikan sebelumnya kepada ratusan warga di Sukomanunggal, Tanjungsari, Donowati, dan Simo, termasuk tukang becak," katanya. Menurut Ketua Panitia Natal Gereja Algonz, Willy, pemotongan hewan kurban memang melibatkan panitia dari unsur muslim, karena umat Kristiani memang tidak tahu tatacara pemotongan kurban menurut Islam. "Kawan-kawan dari umat Kristiani juga ikut membantu mengemas dan membagi, sehingga semuanya membaur," katanya kepada ANTARA News Surabaya di sela-sela pembagian hewan kurban itu. Selain di Gereja Aloysius Gonzaga, warga Katholik lainnya yang membagikan hewan kurban adalah warga Katholik di Gereja Yohannes Pembaptis Jalan Gadung, Wonokromo, Surabaya. Persaudaraan sejati Pemotongan hewan kurban itu pun tak urung membuat halaman belakang gereja umat Kristiani itu berlumuran darah sapi. Tidak hanya itu, tangan puluhan orang pun berlepotan darah, termasuk tangan dari umat Kristiani yang sibuk memasukkan daging yang sudah ditimbang ke dalam tas plastik warna putih. "Ya, saya senang, saya (menyampaikan) terimakasih, karena sudah tiga tahun ini menikmati daging sapi setiap Idul Adha," kata warga penerima hewan kurban, Ny Kasripah. Ny Kasripah adalah satu dari ratusan laki-laki, perempuan, anak-anak, dan beberapa orangtua yang terlihat ceria menunggu pembagian hewan kurban yang dibagikan FKMP dan Paroki Algonz. Menurut Ketua FKMP Surabaya Hermawan Holey, kegiatan rutin sejak tahun 2001 itu dimaksudkan untuk menciptakan kerukunan umat beragama melalui dialog dalam kegiatan bersama. "Kami sudah sering merayakan Idul Adha, Natal, puasa Ramadhan, Paskah, dan tradisi keagamaan lainnya secara bersama-sama dengan pembagian sembako atau bingkisan buka bersama," katanya. Bahkan, katanya, Gereja Algonz setiap tahun selalu digunakan tarawih dan sahur bersama yang dilakukan isteri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yakni Ny Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pada hari tertentu. Ditanya kemungkinan "penolakan" jemaah Gereja Algonz terkait kegiatan agama lain di gerejanya, ia mengatakan kegiatan agama non-Kristen di Algonz memang sempat mengundang keberatan dari sebagian kecil umat Kristiani. Awalnya, katanya, jemaah Algonz ada yang keberatan juga, karena tempat ibadahnya menjadi kotor berlumur darah, tapi mereka akhirnya mengerti setelah pengurus FKMP memberikan sosialisasi berkali-kali. "Tradisi pemotongan hewan kurban di Algonz itu untuk membangun persaudaraan sejati melalui kerukunan antar umat beragama yang bukan hanya teori, tapi dipraktekkan bersama-sama," katanya. (*)

Oleh Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007