Jakarta (ANTARA News) - Program pengembangan bahan bakar minyak (BBN) atau biofuel mendongkrak permintaan pupuk NPK di dunia hingga mencapai sekitar 6,4 juta ton pada 2012. "Lonjakan biofuel akan berdampak signifikan pada konsumsi pupuk N, P, dan K," kata Direktur Integer Research Ltd, Oliver Hatfield, pada konferensi Asosiasi Industri Pupuk Dunia (IFA) di Nusa Dua, Bali, Rabu. Ia memperkirakan pada 2012 konsumsi pupuk di dunia akan melampaui angka 6,4 juta. Amerika Serikat (AS), lanjut dia, akan menjadi konsumen terbesar dengan pangsa sekitar 42 persen, kemudian Uni Eropa (UE) sebesar 12 persen. "AS dan UE akan menjadi pasar terbesar untuk (pupuk) nitrogen dan fosfat," katanya. Ia memperkirakan biofuel akan mendongkrak 12 persen permintaan pupuk nitrogen dan fosfat di AS. Negara lainnya yang juga menyerap pupuk banyak adalah Brazil. Integer memperkirakan Brazil akan mengkonsumsi sekitar 22 persen dari 6,4 juta pupuk NPK pada 2012, yang sebagian besar adalah potasium (kalium karbonat) untuk perkebunan tebu. Hatfield juga menyebut program biofuel mendorong negara penghasil biofuel dan negara berkembang lainnya menghasilkan biofuel. Malaysia, misalnya, sampai 2006, kata dia, belum memiliki satu pun unit biodiesel komersial. Namun kini negara tersebut memiliki 32 pabrik biodiesel berbasis minyak sawit (CPO). "Malaysia tumbuh dari tidak ada sama sekali (biofuel) pada 2005 menjadi 2,4 juta ton (biofuel) pada 2008," katanya. Integer juga memperkirakan produksi biofuel dunia akan mencapai 55 juta ton, ekuivalen dengan BBM, pada akhir 2012. Dari jumlah tersebut produksi biodiesel akan mencapai 15 juta ton dan sebesar 40 juta ton lainnya berasal dari bioetanol. Peningkatan produksi biofuel terjadi, menurut dia, akibat pemakaian hasil panen untuk biofuel semakin ekonomis, yang dipicu oleh naiknya harga minyak, kepedulian terhadap emisi gas buang kendaraan, dan banyak pemerintah mencari keamanan energi mereka. UE menargetkan produksi biofuel mencapai 20 juta ton pada 2010 atau lima kali lebih besar dari saat ini. Sedangkan konsumsi jagung AS untuk bioetanol, lanjut dia, naik dari 10 juta ton pada 2000 menjadi sekitar 50 juta ton pada 2006. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007