Bandung (ANTARA News) - Banjir bandang setinggi 1,6 meter menghancurkan tiga bangunan milik warga Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat, dan menenggelamkan sedikitnya 100 rumah milik warga setempat, Kamis sore. Tiga bangunan yang hancur itu, adalah rumah milik Wartoyo (32), Jajang (40), serta sebuah Gelanggang Olahraga (GOR) yang biasa digunakan sebagai sarana olahraga warga setempat. Informasi yang diperoleh dari lokasi kejadian, menyebutkan pula, dua orang warga dilaporkan terluka akibat banjir yang melanda wilayah tersebut. Kedua korban itu adalah Sapta (17), dan Muhammad (27), yang terluka akibat terkena pecahan kaca rumah serta tertimpa tembok bangunan yang tersapu banjir tersebut. Keduanya kini dirawat di RS Dr Salamun TNI-AU Ciumbuleuit Bandung. Banjir bandang itu terjadi akibat luapan air dari Sungai Cipaganti, karena curah hujan tinggi yang terjadi sejak Kamis siang hingga Kamis sore sekitar pukul 16.00 WIB. Menurut seorang tokoh masyarakat setempat, H Mu`min, wilayahnya itu sering terkena banjir sejak awal 2005 lalu, namun banjir kali ini merupakan banjir terparah yang menimpa masyarakat Hegarmanah tersebut. Luapan air itu terjadi, diduga karena adanya penyempitan aliran sungai oleh timbunan sampah serta curah hujan yang tinggi saat ini. Hingga Kamis malam ini, sekitar 500 warga setempat terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi, dan sebagian besar masyarakat tersebut mengungsi ke sebuah masjid di sana. Terlihat pula sejumlah ibu-ibu PKK setempat menyiapkan dapur umum swadaya, dan mereka mulai memasak untuk konsumsi seluruh korban banjir itu. "Banjir bandang ini mulai terjadi sejak banyak gedung tinggi di sekitar tempat tinggal kami, dan kini kami masih khawatir banjir bandang kembali terjadi di permukiman kami, sehingga terpaksa mencari tempat yang lebih aman," kata H Mu`min pula. Selain menghancurkan tiga bangunan tersebut, lebih dari tujuh unit dinding rumah penduduk korban banjir itu jebol. Hingga saat ini belum diperoleh informasi adanya aliran bantuan dari instansi berwenang, sehingga korban banjir tersebut masih mengandalkan sumbangan makanan dari warga lainnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007