Yogyakarta (ANTARA News) - Upacara tradisional Grebeg Besar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang digelar pada Hari Raya Iduladha 1428 Hijriah, Kamis masih mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara (wisman), yang dengan setia menyaksikan prosesi upacara tradisional itu hingga selesai. Belasan wisman dengan penuh antusias mengabadikan prosesi adat tersebut dengan kamera foto mapun kamera video, berbaur dengan ribuan penonton lain. Selain itu, ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya tampak pula mengikuti jalannya prosesi upacara Grebeg Besar tahun ini sejak keluar dari dalam keraton, melewati Siti Hinggil, Alun-alun Utara hingga berakhir di halaman Masjid Gede Kaumanan Yogyakarta. Upacara tradisional Grebeg Besar merupakan prosesi adat berupa iringan parade "Gunungan" yang dibuat dari makanan seperti sayur-sayuran, kacang, cabe merah, telor, dan beberapa pelengkap yang terbuat dari beras ketan dan dibentuk menyerupai gunung, yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah Keraton Mataram. Parade Gunungan Lanang, Wadon dan dua anakan tersebut disambut dengan tembakan salvo oleh para perajurit keraton ketika keluar dari dalam keraton dan melewati Alun-alun utara. Iringan Gunungan tersebut dikawal oleh sembilan bergada (pasukan) di antaranya prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh dan Nyutro. Selanjutnya sejumlah "gunungan" dibawa ke Masjid Agung/Besar Kauman Yogyakarta, untuk diberkati dan didoakan oleh penghulu keraton. Kemudian "gunungan" menjadi rebutan oleh ratusan warga yang sudah sejak pagi menunggu di halaman masjid tersebut. Warga yang memperoleh bagian gunungan tersebut masih mempercayai bahwa sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut akan membawa berkah bagi kehidupan mereka. Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Condroyono mengatakan upacara tradisional "Grebeg Besar" merupakan kegiatan budaya masyarakat Yogyakarta, yang dikemas menjadi paket wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Meskipun kegiatan tersebut berlangsung rutin tiga kali dalam setahun, namun masih bisa manjadi tontonan budaya yang menarik dan hiburan segar bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya. Prosesi Grebeg tersebut yang berlangsung tiga kali setahun meliputi Grebeg Syawal atau diselenggarakan bertepatan dengan Hari Raya Idulftri, Grebeg Besar bertepatan dengan Hari Raya Iduladha dan Grebeg Maulud atau bertepatan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007