Direktur Utama SMI Emma Sri Martini mengatakan, kedua fokus pembangunan tersebut sangat terkait demi keberlangsungan negara Indonesia beserta dengan kualitas SDM yang dimiliki.
“Jika infrastrukturnya sudah maju, tetapi SDM yang ada tidak bisa mengejar ketertinggalannya, maka Indonesia akan menjadi negara yang tertinggal," ujarnya di Jakarta.
Ia melanjutkan, salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dalam Global Range Infrastructure Quality dan berada di rangking 71, tepatnya di bawah Thailand adalah masalah Stunting yang masih berada di level 36 persen.
Emma mengatakan, bukan hanya masalah gizi atau makanan yang dikonsumsi sang ibu saat mengandung, tetapi masalah lainnya adalah Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Hal ini terjadi karena tidak adanya fasilitas sanitasi atau MCK yang memadai.
“Masalah lainnya adalah buang sampah plastik sembarangan. Jika sampah dimakan ikan dan menajdi microplastic, lalu ikan itu dimakan ibu hami, maka sang anak akan mengalami stunting”, jelas Emma.
Hal itu membuat sanitasi menjadi kunci yang paling penting untuk bisa mengurangi angka stunting. Jika stunting berkurang, maka SDM dan generasi muda yang dihasilkan akan sangat berkualitas.
Tak hanya itu, SMI sendiri telah menerapkan “Green Office”, yaitu mengurangi penggunaan plastik. Ini dimulai dengan mengurangi penggunaan botol plastik dan menerapkan 3R (Reduction, Recycle, dan Re-Use).
“Kami juga melakukan efisiensi air yang mengurangi sumber daya. Karena, hal kecil seperti itu akan berdampak sangat besar dalam menghasilkan SDM yang berkualitas”, ujarnya.
Emma menambahkan, SMI menciptakan suatu program penempatan sanitasi di stunting area pada 2019 ini untuk menekan angka stunting yang dibantu oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Untuk memenuhi sanitasi yang baik, kami bekerja sama dengan filatropi terkait untuk menentukan cara bagaimana mengelola hal tersbeut dengan program unggulan yang kita miliki, seperti CSR, kerjasama dengan ventura serta filatropi yang berminat mengurangi rasio stunting," ujar Emma.
Di segi pendidikan, di samping sarana prasarana, SMI berfokus pada akses konektivitasnya seperti aliran listrik yang berguna jika akan melakukan reseach secara kontinyu dan asrama. SMI telah melakukan Forum Group Discussion (FGD) dengan beberapa pihak.
“Kami telah melakukan FGD dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementerian keuangan, Bappenas, Perguruan Tinggi Negeri Badah Hukum (PTNBH) dan BRU pendidikan dalam menentukan sebuah model dalam mempercepat pembangunan di sektor pendidikan," tukas Emma.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019