Seoul (ANTARA News) - Usahawan sayap kanan, Lee Myung-bak, menang besar dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) di Korea Selatan (Korsel) pada Rabu, dan ia menjanjikan membuat pemilihnya tegar menghadapi Korea Utara (Korut). Rentang lebar kemenangan --terbesar dalam pemilihan langsung sejak presiden pertama otokratik Korea Selatan berkuasa 50 tahun lalu-- menenteramkan keprihatinan di kubunya akan penyelidikan baru atas tuduhan penipuan oleh Lee dapat mengganggu pemilih. "Persoalannya adalah ekonomi. Tidak ada yang betul-betul bermasalah kali ini," kata karyawan kantor Han Jae-kwang. Penghitungan bagi stasiun televisi KBS dan MBC menyebut Lee mendapatkan 50,3 persen dari suara, sejalan dengan kepemimpinan sangat besar ia peroleh dalam jajak pendapat selama kampanye. Pesaing utamanya, tengah kiri Chung Dong-young, mengaku kalah sekitar tiga jam setelah pemungutan suara berahir. "Saya menerima keputusan rakyat hari ini. Saya harap Presiden terpilih Lee Myung-bak akan memimpin negara ini dengan baik katanya dalam temu pers, yang ditayangkan televisi secara nasional. Perolehan suara menempatkannya di urutan kedua dengan hanya 26 persen, yang merupakan jarak paling jauh sejak pemilihan umum demokratik dimulai 20 tahun lalu. Pengulas menyatakan Chung tak dapat menggoyang hubungan politiknya dengan calon mantan President Roh Moo-hyun, yang sangat tak disukai dalam bagian terbesar masa lima tahunnya berkuasa dan dinilai gagal meniupkan kehidupan ke kekuatan ke-13 terbesar ekonomi dunia itu. Mantan petinggi kelompok Hyundai dan bekas walikota Seoul itu mengambilalih Gedung Biru kepresidenan sesudah 10 tahun dihuni pemimpin liberal. "Rakyat sudah memilih orang, yang memunyai kemampuan menghidupkan kembali perekonomian," kata anggota kawakan parlemen dari partai Bangsa Agung (GNP)-nya Lee, Ahn Sang-soo, kepada wartawan sesudah pengumuman hasil pemilihan itu. Calon di urutan ketiga dan tokoh konservatif mandiri Lee Hoi-chang mengaku kalah dan mendesak Lee Myung-bak "memperbaiki kesalahan pemerintah sebelumnya". Hasil itu akan menandakan kali pertama calon mendapatkan lebih dari 50 persen dari suara sejak pemilihan diktator lama berkuasa Park Chung-hee pada awal 1970-an. Itu juga salah satu kesertaan terendah dalam pemilihan presiden Korea Selatan sekitar 60 persen, dibandingkan dengan sekitar 70 persen dalam pemilihan pada 2002, kata pengulas. Ratusan pendukung berpakaian kampanye warna biru, dan beberapa topi olahraga merah Santa, menari di depan markas besar partai Lee itu setelah hasil penghitungan suara diumumkan. Tapi, kemenangannya dihambarkan oleh kemungkinan menjadi presiden terpilih pertama di bawah penyelidikan kejahatan sesudah parlemen minggu ini memutuskan mengangkat penyelidik khusus untuk memeriksa tuduhan ia terlibat dalam perusahaan modal, yang diduga menggelapkan jutaan dolar Amerika Serikat uang pemodal. Ia membantah tuduhan itu dan sekalipun ia terlibat, penyelidikan tak mungkin dituntaskan sebelum pelantikan 25 Februari. Presiden menjabat tidak dapat dituntut untuk kejahatan semacam itu. Lee diduga lebih tidak tak murah hati pada Korea Utara, yang mendapat aliran kuat bantuan di bawah pemerintah Roh. Ia menginginkan Seoul lebih memperhatikan kemajuan Utara dalam mengahiri kegiatan persenjataan nuklirnya. Pakar ekonomi ingin Lee melakukan perbaikan untuk menolong Korea Selatan berubah dari perekonomian berdasarkan atas ekspor dan pabrikan dengan lebih baik mengembangkan keuangan dan unsur jasa lain, demikian laporan Reuters. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007