Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Swaray Goeltom, mengatakan pihaknya memperkirakan dibutuhkan investasi Rp1.1165 triliun untuk meraih pertumbuhan di atas 6 persen pada 2008. Dengan kebutuhan investasi hingga Rp1.165 triliun, maka peluang perbankan untuk membiayai semakin tinggi, demikian katanya dalam acara pemberian penghargaan tokoh finansial 2007 oleh majalah Investor di Jakarta, Selasa malam. "Saat ini, tiga perempat pembiayaan investasi dilakukan oleh perbankan," katanya. Untuk 2008, menurut dia, bisa saja perbankan membiayai lebih dari tiga perempatnya. Hal ini, katanya, terjadi bila investasi di pasar keuangan lainnya tidak tumbuh lebih cepat. "Kalau tumbunya lebih baik, maka kemungkinan pembiayaan perbankan bisa saja berkurang," katanya. Dia juga mengatakan kini perbankan dalam pertumbuhan yang membaik. Hal ini dapat dilihat dari indikator perbankan, antara lain penyaluran kredit perbankan hingga saat ini pertumbuhannya mencapai 24,3 persen (YoY) dan diperkirakan akhir tahun mencapai 25 persen. Rasio utang atas tabungan saat ini, katanya, telah mencapai 70 persen. "Tertinggi sejak krisis ekonomi 1998," katanya, sambil menambahkan NPL terus menurun. Pertumbuhan ekonomi Miranda juga menyatakan BI tetap optimis pertumbuhan ekonomi tahun 2008 tetap di atas enam persen. "Target BI sedikit konservatif dibandingkan pemerintah dengan nilai tengah 6,5 persen," katanya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 2008 bisa lebih baik dibandingkan 2007 yang hingga kuartal III mencapai 6,3 persen. Sementara inflasi diperkirakan akhir tahun ini mencapai 6,3-6,5 persen atau masih dalam target BI, yakni enam plus minus satu persen. Untuk inflasi 2008, meski dibayangi oleh adanya tekanan, terutama akibat inflasi barang-barang impor, pihaknya yakin tetap dapat mengendalikannya. Sebagai otritas moneter, pihaknya dapat melakukan upaya penguatan nilai tukar rupiah untuk mengendalikan dampak inflasi barang import, imbuhnya. Menurut dia, tekanan inflasi barang impor tersebut cukup kuat. Sementara pada neraca perdagang, menurut dia, meskipun 2008 surplus, namun akan berkurang dibandingkan surplus 2007. Ekspor, menurut dia, pada tahun 2008 cukup kuat, terutama didorng oleh ekpsort komoditas meski harga-harga komoditas akan melandai. Sedangkan sisi konsusmsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama dan diperkirakan akan meningkat. Sementara konsumsi pemerintah akan meningkat menjadi 10 persen dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 8,4 persen. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007