Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin mengingatkan pentingnya dua organisasi Islam, NU dan Muhammadiyah, untuk berkolaborasi agar kedua ormas tersebut dapat menghindari pengaruh politik. "Bagi saya, merupakan pesan yang penting kepada jamaah umat dari kedua organisasi besar ini untuk bisa menjadi penerang, menjadi pelita yang menyinari kehidupan umat dan bangsa," kata Din dalam acara halal bihalal menyambut Idul Adha di Gedung Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) di Jakarta, Selasa. Menurut dia, peran itu sudah diperankan oleh Muhammadiyah dan NU, oleh sebab itu mutlak bagi keduanya untuk berkolaborasi, bersinergi, bekerjasama membangun kehidupan umat Islam ke arah umat yang maju dan unggul. Dalam kesempatan itu, Din juga menerima sebuah lukisan yang disumbangkan pelukis asal Jember, Dukan Wahyudi, berjudul "The Lamp" yang menggambarkan kolaborasi tersebut. Lukisan itu, yang memunculkan kedua tokoh pendiri NU KH. Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dalam satu bingkai, disebut Din cocok menjadi simbol dari kerukunan kedua organisasi yang terjalin sejak seabad yang lalu. Kedua ulama divisualkan mengenakan surban dan dilukis dengan senyum khas masing-masing yang bersinar diterangi bola lampu yang melambangkan bagaimana NU dan Muhammadiyah mengambil peran sebagai penerang umatnya. "Memang (lukisan ini) sangat menarik karena mengandung makna simbolik, untuk lebih mendekatkan NU dan Muhammadiyah lewat penyandingan kedua tokoh ulama, pendiri kedua organisasi ini," kata Din. Din juga mengingatkan bagaimana perbedaan dalam hal keagamaan sebaiknya tidak menjadi faktor perenggang kerukunan antara kedua organisasi. "Kalau menyangkut masalah perbedaan dalam agama ini mungkin ada nuansa-nuansa konflik tapi saya kira lebih ke faktor politik. Harus diresapi oleh warga Muhammadiyah dan NU, jangan sampai `interest` politik itu sampai mempengaruhi kehidupan bersama," ujarnya. Ia mengingatkan bahwa NU dan Muhammadiyah harus tetap mengingat jati dirinya sebagai gerakan dakwah dan gerakan kultural.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007